
Bijaklah dalam Menggunakan Popok Sekali Pakai
Bayi rata-rata menggunakan sekitar 2.500 popok pada tahun pertama kehidupannya. Itu adalah waktu yang cukup lama untuk dihabiskan dalam mengenakan produk yang melekat ke kulit, dan dalam kontak dekat dengan bagian-bagian tubuh yang sensitif. Namun, yang tidak disadari oleh banyak orang tua adalah bahwa popok sekali pakai berpotensi menimbulkan risiko kesehatan bagi anak mereka. Popok mengandung banyak bahan kimia dan bahan beracun yang dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada manfaat.
Sebuah kelompok pemerhati dampak produk konsumen terhadap lingkungan di Amerika Serikat, Environmental Working Group (EWG), pernah menguji produk popok sekali pakai. Misi mereka adalah mengedukasi orang tua dan para pengasuh tentang popok sekali pakai.
Dalam laporannya, EWG menjelaskan anatomi popok – bagaimana popok dibuat dan berbagai bahan yang digunakan. Lapisan atas dan lapisan belakang, yakni lapisan-lapisan yang terlihat di bagian luar dan dalam popok, terbuat dari polimer plastik. Ini seringkali mengandung ftalat, zat pemlastis yang berfungsi menambah fleksibilitas. Polimer yang juga berfungsi sebagai penyerap (atau zat pembentuk gel) di dalam popok ini bisa menyerap hingga 30 kali lipat berat air seni bayi, tetapi dapat terkontaminasi akrilamida atau asam akrilat, yang oleh para ahli diklasifikasikan sebagai “diantisipasi sebagai pemicu kanker pada manusia”.
Perekat yang digunakan untuk menyatukan popok mengandung senyawa organik yang mudah menguap (disebut juga VOC) yang terkait dengan kerusakan ginjal, hati, dan sistem saraf, serta alkilfenol yang mengganggu endokrin yang terkait dengan kanker endometrium. Indikator kebasahan yang sering digunakan oleh beberapa orang tua juga menimbulkan kekhawatiran. Indikator ini dibuat menggunakan pewarna atau indikator pH yang berubah warna saat bersentuhan dengan air seni, tetapi ini membutuhkan penggunaan bahan kimia seperti senyawa amonium kuaterner, yang terkait dengan masalah reproduksi dan perkembangan, dan senyawa organik terhalogenasi, yang sulit terurai di alam dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan.
Lalu ada wewangian, yang dapat memicu reaksi alergi dan iritasi kulit pada anak-anak. Sekitar 20 persen anak-anak pernah mengalami masalah kulit yang dipicu oleh wewangian ini. Bahan-bahan dalam wewangian tidak perlu diungkapkan karena dianggap sebagai “rahasia perusahaan”. Jadi, yang terbaik adalah mencari popok yang bertuliskan “bebas pewangi”.
Jika informasi di atas mengejutkan, maka Anda tidak sendirian. Kebanyakan orang tua tidak menyadari risiko yang ada di dalam popok sekali pakai yang terlihat polos. Ada sebuah laporan di Perancis yang diterbitkan pada 2018. Laporan ini memberi peringatan tentang bahan-bahan kimia berbahaya yang ada di dalam popok, tetapi laporan itu sayangnya tidak memicu tuntutan publik kepada produsen untuk mereformasi popok sekali pakai.
Dua penulis laporan tersebut, Sydney Swanson dan Nneka Leiba, mengakui memang belum ada dorongan bersama untuk menggunakan popok ramah lingkungan. Belum ada pihak-pihak yang benar-benar menuntutnya. Swanson menambahkan, “Orang-orang seringkali berasumsi bahwa apa saja yang ada di toko pasti aman, dan semua popok yang tersedia juga aman untuk anak-anak mereka.”
Kenyataannya jauh berbeda. Seperti yang dijelaskan Leiba, “Ketika Anda benar-benar melihat popok dan berpikir tentang plastik dan wewangian serta ftalatnya, itu benar-benar mencemaskan. Apa yang kami minta dari produsen adalah mengurangi jumlah bahan kimia dan jumlah plastik secara perlahan.” Dia melanjutkan, “Bayi-bayi dilahirkan dalam keadaan sudah terpolusi. Kita tahu bahwa mereka sudah terpapar bahan kimia saat berada di dalam rahim, jadi mari kita coba mengurangi paparan bahan kimia lain setelah mereka lahir.”
Lalu, apa yang dapat dilakukan orang tua, mengingat sangat sedikit alternatif bagi popok sekali pakai yang sangat fungsional itu?
EWG menyarankan kepada para orang tua beberapa tips singkat untuk membantu mereka mengetahui apa yang harus dilakukan:
- Baca daftar bahan dan hindari merek yang tidak menginformasikan bahan secara lengkap
- Carilah merek yang mengurangi jumlah plastik dalam produk dan kemasan
- Hindari popok dengan wewangian dan losion
- Carilah merek yang bebas dari ftalat, paraben, bisphenol, dan senyawa berfluorinasi yang dikenal sebagai PFAS
- Pilihlah popok yang paling polos dan tidak terlalu berwarna dengan desain minimal untuk menghindari penggunaan bahan kimia yang tidak perlu
- Pertimbangkan untuk menggunakan popok kain dalam kondisi yang memungkinkan
Sumber:
- Miller-Wilson, Kate. 2020. “How Many Diapers Does A Baby Use In A Year?”. Baby.Lovetoknow.Com.
- Indian Journal of Environmental Health. 2012. “Disposable Baby Diaper—A Threat To The Health And Environment”. Researchgate.
- Litchman, Graham et al. 2020. “Contact Dermatitis”. Nlm.Nih.Gov.