“Revolusi” di Industri AMDK: Pemimpin Pasar Mulai Beralih ke Galon PET yang Ramah Lingkungan dan Bebas BPA
Terdapat tren baru di pasar air minum dalam kemasan (AMDK). Market leader (pemimpin pasar) di AMDK mulai beralih dari kemasan galon polikarbonat (plastik keras) ke galon Polietilena Tereftalat (PET). Perubahan ini terjadi di Bali dan Manado. Di Manado, seperti dilaporkan Tempo.co, galon berbahan PET diperkenalkan sekitar empat sampai lima tahun lalu dan kini, sekitar 80 persen galon AMDK yang beredar di sana sudah berbahan PET. Sementara itu, di Bali, perubahan ini mulai berlangsung sejak 2018 dan saat ini, lebih dari 80 persen galon AMDK yang beredar di Bali berbahan PET.
Menariknya, konsumen tidak banyak merasakan perubahan karena galon PET memiliki tampilan yang mirip dengan galon lama dan dijual dengan harga yang sama. Perubahan yang terlihat hanya pada fisik galon yang tampak lebih bersih dan bening.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), Eko Susilo, juga memaparkan bahwa ada permintaan dari beberapa penyuplai market leader untuk menyiapkan mesin produksi galon yang mendukung perpindahan dari galon polikarbonat ke galon PET. Alasan perpindahan ini adalah karena galon polikarbonat berisiko mengandung BPA (Bisfenol-A), senyawa kimia yang berpotensi memicu kanker dan gangguan hormonal.
Sementara itu, pasar galon berbahan dasar PET terus mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan peluncuran “baby galon” oleh beberapa produsen. Produk ini merupakan galon berukuran kecil dengan desain menarik dan bebas dari BPA. Beberapa merek lokal, seperti Aminis, Chrystaline, dan Cleo telah membanjiri pasar di berbagai kota, khususnya Jakarta, dengan galon mini berkapasitas 5 dan 6 liter.
Menurut Eko Susilo, galon mini dibuat untuk memenuhi permintaan konsumen akan air galon yang sesuai untuk acara atau kegiatan di luar rumah. Selain itu, galon PET lebih ramah lingkungan karena lebih mudah didaur ulang dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Berdasarkan atas data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sekitar 50 juta orang Indonesia rutin mengonsumsi AMDK galon guna ulang atau bekas pakai berbahan polikarbonat. Sementara itu, data dari AC Nielsen menunjukkan peningkatan penjualan galon bermerek sebesar 3,4 persen pada 2022, dengan total penjualan mencapai Rp 9,7 triliun. Dari jumlah tersebut, 92 persen merupakan penjualan galon berbahan polikarbonat sementara 8 persen sisanya adalah pasar galon berbahan PET.
Peralihan AMDK galon dari bahan polikarbonat ke PET, terutama yang dilakukan oleh market leader menarik untuk ditunggu perkembangannya. Jika perpindahan ini makin berkembang, maka akan ada perubahan signifikan dalam industri AMDK, terutama di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Ini karena mayoritas galon berbahan polikarbonat beredar di Jakarta dan sekitarnya.
Sementara itu, risiko dampak kesehatan dari BPA yang berpotensi mencemari air di dalam galon polikarbonat sudah mendorong BPOM menyiapkan regulasi pelabelan risiko BPA guna mengantisipasi dampak kesehatan publik di masa datang. Regulasi pelabelan ini belum terwujud karena adanya penentangan dari market leader yang uniknya di Bali dan Manado sudah beralih dari galon berbahan polikarbonat ke galon berbahan PET.[]
Sumber:
“Pasar Galon PET Diperkirakan Terus Bertumbuh.” Tempo. 12 Mei 2023. https://nasional.tempo.co/read/1724891/pasar-galon-pet-diperkirakan-terus-bertumbuh.