Skip to main content
  • Administrator

Di AS, Kekhawatiran terhadap Dampak Kesehatan BPA Meningkat

Kekhawatiran terhadap dampak negatif dari paparan Bisfenol A atau BPA bagi tubuh manusia di Amerika Serikat meningkat. Sebagaimana dilaporkan oleh situs berita kesehatan Verywell Health, beberapa organisasi kesehatan dan lingkungan pada 27 Januari 2022 mengajukan petisi kepada Food and Drug Administration (FDA)—BPOM di Amerika Serikat—yang mendesak pelarangan atau pembatasan penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman.

BPA adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membuat plastik tipe polikarbonat (plastik keras). Di Amerika Serikat, BPA disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai material kemasan pada awal 1960-an. Pada 2008, badan federal urusan pangan itu menganggap BPA masih aman meskipun kekhawatiran dari komunitas ilmiah tentang dampak kesehatannya makin meningkat.

Petisi yang ditandatangani sekumpulan ilmuwan, dokter, dan ahli lingkungan itu mendasarkan desakan dan seruan mereka kepada sejumlah studi tentang dampak kesehatan paparan BPA dari kemasan pangan sejak 2013. Semua studi tersebut, menurut penandatangan petisi, telah dievaluasi secara komprehensif oleh European Food Safety Authority (EFSA) pada 15 Desember 2021 di bawah judul “Re-evaluation of the risks to public health related to the presence of bisphenol A (BPA) in foodstuffs”. Lalu, 17 anggota panel ahli EFSA secara bulat menyimpulkan bahwa “ada masalah kesehatan dari paparan BPA untuk semua kelompok umur”.

Lebih lanjut, menurut petisi tersebut, panel ahli EFSA menetapkan angka tolerable daily intake (asupan harian yang dapat ditoleransi—TDI) baru dari BPA, yakni sebesar 0,04 nanogram per kilogram berat badan per hari. Angka batas aman ini lebih rendah 100.000 kali dari angka sebelumnya, yakni 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari.

Panel ahli EFSA juga mengidentifikasi sistem kekebalan tubuh sebagai “kategori dampak kesehatan paling sensitif terhadap paparan BPA.” Panel kemudian mengidentifikasi adanya dampak terhadap sistem reproduksi perempuan dan pria.

Pada 2014, FDA meneliti tingkat paparan BPA untuk anak kurang dari 2 tahun dan penduduk berumur 2 tahun ke atas di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan estimasi tingkat paparan masing-masing 200 nanogram per kilogram berat badan per hari dan 500 nanogram per kilogram berat badan per hari.

“Menggunakan estimasi paparan FDA sendiri, rata-rata orang Amerika terpapar lebih daripada 5.000 kali ambang batas aman 0,04 nanogram yang ditetapkan oleh panel ahli EFSA,” tulis petisi tersebut. “Tanpa keraguan, angka-angka ini merupakan risiko kesehatan yang tinggi dan mendukung kesimpulan bahwa penggunaan BPA tidak aman.”

Di Indonesia, usai melakukan uji post-market pada 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan TDI dari paparan BPA di empat kabupaten/kota ternyata telah melebihi angka 100 persen, atau melampaui ambang batas aman 4 mikogram per kilogram berat badan per hari. Padahal, angka ambang batas aman itu (4 mikrogram) telah direvisi oleh EFSA menjadi 0,00004 mikrogram atau 0,04 nanogram per kilogram berat badan per hari. Hasil ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, apalagi sampel BPOM adalah kelompok bayi (6-11 bulan) dan anak-anak (1-3 tahun).

Kepada Verywell Health, Kristamarie Collman, seorang dokter keluarga di Florida, mengatakan paparan BPA telah terbukti mengganggu fungsi hormon tertentu, seperti estrogen, testosteron, dan tiroid. “Selain itu, BPA telah dikaitkan dengan masalah kesuburan, kanker, dan bahkan penyakit kardiovaskular.”

Sementara itu, Carrie Lam, Direktur Media Lam Clinic Integrative Medicine, juga mencatat paparan BPA selama kehamilan telah menyebabkan konsekuensi kesehatan yang negatif. Paparan BPA tingkat rendah selama trimester pertama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan area otak yang terkait dengan rasa takut, obesitas, pubertas dini, dan kontrol impuls, demikian menurut Lam.

BPA sendiri kita akan temui sehari-hari dalam produk rumah tangga, seperti makanan kaleng, makanan dan minuman yang dikemas dalam wadah plastik keras, produk kesehatan untuk perempuan, dan perlengkapan mandi. Yang lebih disorot adalah penggunaan BPA pada kemasan pangan, biasanya sebagai bahan untuk mengenyalkan atau mengeraskan kemasan plastik, seperti galon guna ulang dalam produk air minum dalam kemasan (AMDK).

Meskipun semakin banyak bukti tentang dampak negatif BPA, belum banyak negara yang melarang atau membatasi penggunaan BPA pada kemasan pangan, termasuk di Amerika Serikat dan Indonesia. FDA sendiri baru menyetujui dua petisi tentang penggunaan BPA pada produk bayi.

Meskipun demikian, sebagian besar pembatasan dan pelarangan BPA di Amerika saat ini diberlakukan di tingkat negara bagian. Sekitar 15 negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri yang membatasi penggunaan BPA dalam kemasan pangan. Beberapa negara bagian, seperti Connecticut, bahkan melarang penggunaan BPA sepenuhnya dalam kemasan guna ulang.

Karena belum adanya pembatasan dan bahkan pelarangan penggunaan BPA pada kemasan pangan, maka yang bisa kita lakukan saat ini adalah membatasi diri dari paparan produk yang dikemas dengan plastik keras (polikarbonat) dan kaleng (yang dilapisi resin epoksi). Kita juga dapat membatasi kontak dengan BPA dengan membeli makanan segar atau beku sebagai pengganti makanan olahan, dan menghindari memanaskan wadah plastik keras di microwave.[]

Sumber:

“Coalition Calls FDA to Remove BPAs from Food Contact Materials.” Verywell Health. 4 Februari 2022. https://www.verywellhealth.com/fda-bpa-petition-5217971.

“Groups Petition FDA to Restrict Bisphenol a in Food Packaging.” Environmental Defense Fund. 27 Januari 2022. https://www.edf.org/media/groups-petition-fda-restrict-bisphenol-food-packaging.

BPA, BPA Free