
Garis Waktu Kontroversi BPA di Amerika Serikat (1891-2008)
1891 – BPA pertama kali disintesis.
1930 – Edward Charles Dodds, seorang peneliti kesehatan University of London, mengidentifikasi karakter estrogenik pada BPA saat berupaya mencari estrogen sintetik.
1950 – Resin epoksi yang dibuat dari BPA untuk pertama kalinya diproduksi secara komersial, dan banyak digunakan sebagai lapisan pelindung pada logam, pipa, baja, dan bagian dalam kaleng wadah makanan.
1957 – Ahli kimia di Bayer dan General Electric menemukan penggunaan lain BPA, yakni sebagai bahan pembentuk plastik keras atau polikarbonat. Plastik ini cukup kuat untuk menggantikan baja dan cukup bening untuk menggantikan kaca. BPA pun memiliki kegunaan baru dalam elektronik, peralatan keselamatan, mobil, dan wadah makanan.
1958 – UU Makanan, Obat, dan Kosmetik di Amerika Serikat (AS) menganut standar de minimis, yang artinya bahan kimia yang dilarang ada pada rantai pasokan makanan dilihat dari hubungan dosis-respons, sementara sebelumnya dilihat dari potensi bahayanya per se. Standar ini tidak berlaku untuk bahan kimia karsinogenik.
1971 – DES, senyawa estrogen sintetik yang digunakan sebagai obat akhirnya dilarang penggunaannya karena terbukti menyebabkan kanker vagina pada perempuan muda. BPA memiliki struktur kimia yang sama dengan DES.
1970-an – Mulai munculnya penelitian-penelitian tentang kaitan antara BPA dengan efek kesehatan yang merugikan, termasuk kanker dan kelainan reproduksi. Semua itu menantang anggapan ilmiah dan legal tentang keamanan BPA yang sudah lama ada.
1977-1979 – National Cancer Institute (NCI) dan kemudian National Toxicology Program (NTP) untuk pertama kalinya memulai studi karsinogenesis pertama terhadap BPA.
1979 – Penyelidikan federal menemukan masalah di beberapa fasilitas yang bekerja sebagai kontraktor untuk NCI. Kondisi terburuk dilaporkan terjadi di Litton Biotechnics, laboratorium yang disewa untuk melakukan analisis karsinogenesis terhadap BPA pada 1977.
1982 – Meskipun ada temuan dari penyelidikan federal tersebut, NTP tetap merilis laporan akhir tentang studi karsinogenesis terhadap BPA. Laporan akhir itu menyatakan “tidak ada bukti yang meyakinkan” tentang karsinogenisitas pada BPA.
1988 – Berdasarkan laporan akhir NTP, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan di AS menetapkan ambang batas aman BPA sebesar 50 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Angka inilah yang tetap menjadi standar keamanan BPA hingga saat ini.
1991 – Sebuah pertemuan ahli diadakan di Wingspread Conference Center di Racine, Wisconsin, Amerika Serikat. Hasil dari pertemuan tersebut adalah sebuah konsensus ilmiah yang disebut “Chemically-Induced Alterations in Sexual Development” atau “Wingspread Consensus Statement of 1991”. Konsensus ini menyatakan “dengan pasti” bahwa beberapa bahan kimia (terutama estrogen sintetik) memiliki potensi untuk mengganggu sistem endokrin manusia (endocrine disruptors).
1993 – Para ahli endokrinologi di Stanford University menemukan bahwa BPA adalah salah satu “pengganggu endokrin” (endocrine disruptor).
1997 – Ahli biologi Frederick vom Saal menguji sejumlah estrogen sintetik, terutama BPA. Penelitian vom Saal memaparkan tikus hamil ke tingkat BPA non-toksik, yakni di bawah standar keamanan 50 mikrogram per kilogram per hari. Studi ini melaporkan peningkatan berat prostat pada tikus yang terpapar dan respons estrogenik BPA yang lebih tinggi daripada yang sebelumnya diperkirakan.
1996 – Kongres Amerika Serikat mengesahkan UU Perlindungan Kualitas Pangan. UU baru ini memberi perintah pembuatan program pengujian bagi senyawa “pengganggu endokrin” (endocrine disruptor).
2001 – NTP meninjau ulang penelitian tentang efek senyawa estrogenik dosis rendah, termasuk DES dan BPA. Laporan NTP berjudul “Report of the Endocrine Disruptors Low Dose Peer Review” menyimpulkan bahwa ada bukti yang kredibel tentang efek dari paparan BPA pada level atau di bawah level standar aman.
2004 – Harvard Center for Risk Analysis—sebuah organisasi yang menerima dukungan finansial dari American Chemistry Council, Society of the Plastics Industry, Dow Chemical Company, Business Roundtable, Phillip Morris, dan General Electric—melakukan tinjauan tandingan terhadap BPA. Tinjauan Harvard Center meragukan dugaan adanya gangguan fisik atau fungsi yang signifikan dari paparan BPA pada dosis rendah.
2005 – Setelah laporan Harvard Center dipublikasikan, vom Saal, bersama salah seorang bekas anggota panel Harvard, menerbitkan tanggapan, dan secara terbuka mengkritiknya. Mereka berpendapat bahwa laporan Harvard Center gagal untuk meninjau sejumlah besar penelitian di bidang endokrinologi, biologi pertumbuhan, dan reseptor estrogen yang sedang berkembang saat ini.
1997-2005 – Terdapat setidaknya 115 studi tentang efek kesehatan BPA pada level aman atau di bawah level aman. Semua studi itu dilakukan oleh puluhan laboratorium di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.
2006 – Dilakukan peninjauan terhadap literatur ilmiah BPA yang disponsori oleh pemerintah dan dikoordinasikan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS). Proses peninjauan ini melibatkan 38 pakar endokrin dan BPA yang bertemu di Chapel Hill, Carolina Utara.
Produk akhir penilaian itu, yang disebut sebagai “Chapel Hill Consensus Statement”, menyimpulkan dengan pasti bahwa BPA pada konsentrasi yang ditemukan di dalam tubuh manusia saat ini berkaitan dengan “perubahan organisasional pada prostat, payudara, testis, kelenjar susu, ukuran tubuh, struktur dan kimia otak, serta perilaku hewan laboratorium.”
2008 – Center for the Evaluation of Risks to Human Reproduction (CERHR), yang berada di bawah NTP, merilis peninjauan literatur terhadap BPA. Peninjauan tersebut menemukan “beberapa kekhawatiran tentang efek pada otak, perilaku dan kelenjar prostat pada janin, bayi, serta anak-anak dari paparan BPA pada manusia saat ini.” Laporan itu juga menyatakan bahwa “kemungkinan BPA dapat mengubah perkembangan manusia tidak dapat diabaikan.”
2008 – Pada 14 April 2008, halaman depan The Washington Post menulis artikel utama bertajuk “US cites fears on chemical in plastics”. Bahan kimia yang menjadi perhatian dalam artikel tersebut adalah BPA.
Pemerintah Kanada mengumumkan keputusan untuk menyatakan BPA “beracun”.
Toko-toko pengecer mulai berupaya untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat terkait alternatif pengganti botol bayi dan air minum dalam kemasan yang berbahan polikarbonat berbasis BPA.
Para aktivis dan peneliti kesehatan lingkungan juga mendatangi badan-badan legislatif di negara-negara bagian seperti California, Maryland, Massachusetts, dan Maine untuk mendorong undang-undang yang membatasi BPA pada produk-produk anak.
2008 – FDA tetap bersikukuh menyatakan “tidak adanya tingkat efek merugikan yang teramati”. Standar keamanan BPA pun masih berlaku dan tetap menjadi rujukan.
Namun, Subkomite Dewan Sains FDA tidak setuju dengan keputusan badan tersebut untuk mengecualikan ratusan studi tentang efek dosis rendah BPA yang telah diterbitkan dalam literatur peer-reviewed.[]
Sumber:
Sarah A. Vogel, “The Politics of Plastics: The Making and Unmaking of Bisphenol A “Safety”, American Journal of Public Health 99, no. S3 (November 1, 2009): pp. S559-S566. https://doi.org/10.2105/AJPH.2008.159228.