Mengenal Mikroplastik
Wilayah perairan sangat penting bagi ekosistem kita. Sekitar dua pertiga bagian bumi kita adalah lautan. Bagian yang teramat luas dan dalam itu menyediakan bagi kita keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Oleh karena itu, lautan dan wilayah perairan lainnya sangatlah penting untuk dilindungi. Namun, kita mendengar akhir-akhir ini cerita tentang mikroplastik yang katanya banyak mencemari badan perairan bumi dan memiliki dampak-dampak negatif.
Jadi, sebenarnya apa itu mikroplastik? Terbuat dari apakah mikroplastik? Bagaimana mikroplastik bisa sampai berakhir di perairan? Dan apakah mikroplastik memang beracun?
Apa itu mikroplastik?
Mikroplastik adalah potongan atau serpihan plastik berukuran antara 1 mikrometer (sepersejuta meter) hingga lima milimeter. Nanoplastik bahkan lebih kecil daripada satu mikrometer. Dari keseluruhan jumlah limbah plastik yang mencemari lautan, diperkirakan delapan persennya adalah mikroplastik. Ini tentu saja jumlah yang substansial dan patut dilihat lebih dalam.
Dari manakah mikroplastik berasal?
Sekitar 35 persen mikroplastik berasal dari serat sintetis. Ini timbul akibat aktivitas pencucian kain sintetis. Hampir 30 persen mikroplastik dihasilkan oleh keausan ban kendaraan.
Dengan mengetahui sumber pencemaran mikroplastik, kita bisa merancang strategi untuk mengatasinya. Misalnya, untuk mikroplastik dari serat sintetis, kita bisa melakukan penyaringan air, dan kita tahu ini berhasil karena fasilitas purifikasi air minum telah didesain untuk menyaring mikroplastik dari sumber air baku.
Sementara itu, untuk mikroplastik dari ban kendaraan bermotor, kita harus menempuh cara-cara yang lebih kompleks. Mengganti karet dengan material lain tampaknya tidak mungkin. Karet berfungsi sejauh ini paling optimal sebagai ban kendaraan bermotor daripada material lain. Peralihan ke penggunaan transportasi publik massal, terutama kereta api, tampaknya akan berdampak signifikan. Opsi lainnya adalah merancang kendaraan agar bisa melaju lebih mulus untuk meminimalisasi gerusan yang lebih besar pada ban.
Sumber utama pelepasan mikroplastik
Pencucian tekstil sintetis = 35%
Erosi ban kendaraan saat melaju = 28%
Debu kota = 24%
Pembuatan jalan = 7%
Pelapisan kapal = 4%
Produk perawatan pribadi = 2%
Butir plastik = 0,3%

Sumber data: Primary Microplastics in the Oceans: A Global Evaluation of Sources, IUCN 2017
Namun, sejumlah pemberitaan melaporkan bahwa butir plastik merupakan masalah utama. Padahal, seperti ditunjukkan oleh data di atas, butir plastik hanya menyumbang 0,3 persen dari seluruh kontaminan plastik di lautan.
Begitu pun dengan manik-manik plastik (yang biasa digunakan sebagai scrub wajah pada produk perawatan pribadi) yang dijadikan target utama dari kampanye antiplastik. Padahal, berdasarkan data di atas, manik-manik plastik itu hanya menyumbang 2 persen dari seluruh kontaminan plastik di lautan.
Tentu saja, butir plastik dan manik-manik plastik tak seharusnya berada di lautan. Namun, kampanye besar-besaran terhadap mereka bisa membuat kita melupakan kontaminan utamanya. Perhatian kita seharunya juga diarahkan kepada sumber-sumber utama dari kontaminasi mikroplastik, yakni pencucian tekstil sintetis (35 persen), ban kendaraan bermotor (28 persen), dan debu kota (24 persen).
I.E. Napper dan R.C. Thompson, dalam artikel mereka “Release of microplastic fibres from domestic washing machines” yang diterbitkan oleh Marine Pollution Bulletin pada 15 November 2016 mengingatkan: “Hasil-hasil menunjukkan bahwa mencuci 6 kilogram bahan sintetis bisa melepaskan antara 137.951 hingga 728.789 serat (mikroplastik) per pencucian.”
Dari jenis manakah mikroplastik?
Sejumlah peneliti telah mengumpulkan sampel dari lautan dan menganalisis semua itu dengan perangkat kimiawi standar untuk mengidentifikasi jenis plastik dari mikroplastik yang ditemukan. Partikel mikroplastik ternyata didominasi oleh jenis plastik polietilene (PE) dan polipropilene (PP). Ini tentu saja tidak mengejutkan karena dua jenis plastik ini memang mendominasi pasar, atau hampir 50 persen dari produk termoplastik yang dijual.
Misalnya, sebuah studi yang dilakukan A. Vianello dan kawan-kawan di Venice, Italia, menemukan bahwa mikroplastik yang dominan adalah PE (48%) dan PP (34%). Jadi, sekitar 82 persen mikroplastik adalah PE dan PP.
Studi lain yang dilakukan oleh K. Tanaka dan H. Takada mendapati bahwa, dari mikroplastik yang terdeteksi pada 49 dari 64 ikan (77%), sekitar 52 persennya adalah PE dan 43,3 persennya PP. Jadi, dalam kasus ini, lebih daripada 93 persen mikroplastik adalah PE atau PP.
Dari temuan jenis plastik tersebut, kita bisa mengetahui bahwa mikroplastik berasal dari PE atau PP yang relatif aman.
Mengapa demikian? Simak lanjutan pembahasannya dalam artikel selanjutnya.[]
Daftar Bacaan
DeArmitt, Chris. The Plastics Paradox: Facts for a Brighter Future. Ohio, Phanton Plastics LLC, 2020.
I. E. Napper, R. C. Thompson. Release of synthetic microplastic plastic fibres from domestic washing machines: Effects of fabric type and washing conditions. Marine Pollution Bulletin, 112, (1-2), Pages 39-45, 15 November 2016.
A. Vianello et al. Microplastic particles in sediments of Lagoon of Venice, Italy: First observations on occurrence, spatial patterns and identification. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 130 (20), Pages 54-61 2013.
K. Tanaka, H. Takada. Microplastic fragments and microbeads in digestive tracts of planktivorous fish from urban coastal waters. Scientific Reports 6, 34351 2016.