Riset Ahli Biologi: BPA Bisa Ganggu Fungsi Saraf pada Otak
Bahan pemlastis yang terkandung dalam banyak benda sehari-hari dapat merusak fungsi otak yang penting pada manusia. Demikian hasil penelitian para ahli biologi dari University of Bayreuth, Jerman, yang diterbitkan dalam sebuah artikel ilmiah di jurnal Communications Biology.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa bahkan sejumlah kecil pemlastis, yakni Bisphenol A (BPA) dan Bisphenol S (BPS) dapat mengganggu transmisi sinyal antara sel-sel saraf dalam otak ikan. Para peneliti menganggap sangat mungkin gangguan serupa dapat juga terjadi pada otak manusia dewasa. Oleh karena itu, mereka menyerukan pengembangan pemlastis alternatif yang tidak menimbulkan risiko terhadap sistem saraf pusat.
Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang telah digunakan dalam berbagai produk sehari-hari. Beberapa penggunaan utama BPA meliputi:
- Pembuatan Plastik Polikarbonat: BPA banyak digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat, yang adalah plastik keras dan jernih. Plastik ini sering digunakan dalam pembuatan galon air minum dalam kemasan pakai ulang, peralatan makan anak-anak, wadah penyimpanan makanan, dan beberapa jenis wadah plastik lainnya.
- Resin Epoxy: BPA juga digunakan dalam pembuatan resin epoxy, yang sering digunakan sebagai lapisan dalam kaleng makanan dan minuman untuk mencegah karat dan mempertahankan rasa makanan dan minuman.
- Perangkat Medis dan Gigi: Beberapa perangkat medis dan bahan gigi palsu mengandung BPA, karena kekuatan dan kejernihan plastik polikarbonat.
- Peralatan Kantor dan Rumah Tangga: BPA terdapat dalam beberapa peralatan elektronik seperti komputer, printer, dan perangkat penyimpanan data, serta beberapa peralatan rumah tangga.
- Kertas Thermal: BPA digunakan dalam pembuatan kertas thermal, yang umum digunakan untuk struk kasir dan tiket.
- Lem dan Cat: BPA dapat ditemukan dalam beberapa jenis lem, cat, dan lapisan pelindung karena sifatnya yang membuat bahan-bahan ini lebih tahan lama.
Meskipun BPA memiliki banyak kegunaan, ada kekhawatiran tentang efek kesehatan yang mungkin ditimbulkannya, terutama dalam hal gangguan endokrin (sistem hormin). Kini para ahli biologi di Jerman menemukan efek BPA terhadap sistem saraf dalam otak. Kondisi inilah yang telah mendorong penelitian dan pengembangan alternatif terhadap BPA serta regulasi yang lebih ketat di beberapa negara.
Tim peneliti University of Bayreuth yang dipimpin oleh Dr. Peter Machnik di kelompok penelitian Fisiologi Hewan kini untuk pertama kalinya menyelidiki efek pemlastis pada transmisi sinyal antara sel-sel saraf di otak orang dewasa. Penelitian ini tidak hanya mencakup BPA, tetapi juga bisphenol S (BPS), yang sering dianggap tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan. Temuan mereka: kedua pemlastis itu merusak komunikasi antara sel-sel saraf otak.
Efek berbahaya pada otak terutama memengaruhi keseimbangan yang rumit antara berbagai fungsi saraf. Sementara beberapa sel otak mengirimkan sinyal yang memicu keadaan eksitasi pada sel hilir, sel otak lainnya memiliki fungsi menghambat sel hilir. Koordinasi eksitasi dan penghambatan sangat penting untuk sistem saraf pusat yang utuh.
“Telah diketahui bahwa banyak gangguan pada sistem saraf vertebrata dipicu oleh fakta bahwa sinyal rangsang dan sinyal penghambatan tidak atau kurang terkoordinasi dengan baik. Jadi, lebih mengkhawatirkan lagi bahwa bahan pemlastis BPA dan BPS secara signifikan mengganggu koordinasi ini,” jelas Dr. Peter Machnik, penulis utama studi tersebut.
“Kami terkejut melihat betapa banyak fungsi otak vital pada ikan yang dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang digunakan di berbagai industri ini. Kerusakan ini, seperti yang dapat kami tunjukkan, tidak terjadi dengan segera. Ketika sel-sel otak terpapar BPA atau BPS dalam jumlah kecil selama sebulan, kerusakannya jelas terlihat,” kata Elisabeth Schirmer, mahasiswa doktoral dari Bayreuth sekaligus juga penulis studi ini.
Ternyata pemlastis mempengaruhi potensi aksi sel-sel otak. Mereka mengubah transmisi kimia dan sinyal elektrik melalui sinapsis. Selain itu, mereka mengganggu sirkuit yang penting untuk persepsi dan pemrosesan rangsangan akustik dan visual.
Temuan kerusakan yang disebabkan oleh bahan pemlastis ini berasal dari penelitian terperinci terhadap ikan mas. Fokusnya adalah pada dua sel saraf terbesar dalam otak ikan itu, yaitu sel Mauthner. Sel-sel ini mengintegrasikan semua rangsangan sensorik, yang semuanya harus diproses dengan cepat dan dengan cara yang terkoordinasi secara tepat ketika predator mendekat.
Dalam hal ini, sel Mauthner memicu reaksi penyelamatan diri yang menyelamatkan nyawa. Karena fungsi ini, yang sangat penting untuk kelangsungan hidup, sel Mauthner menjadi sangat kuat selama evolusi. Sel Mauthner mampu menangkal pengaruh yang merusak sampai batas tertentu, atau mengompensasi kerusakan yang terjadi setelahnya. Hal ini membuatnya semakin signifikan bahwa pemlastis dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar terhadap sel-sel ini.
“Temuan yang diperoleh melalui penelitian terhadap otak ikan menjustifikasi penilaian bahwa BPA dan BPS juga dapat merusak otak manusia dewasa secara serius. Dengan latar belakang ini, sangat penting bagi sains dan industri untuk mengembangkan bahan pemlastis baru untuk menggantikan bisphenol ini, tapi tetap aman bagi kesehatan manusia,” ujar Dr. Peter Machnik.[]
Sumber:
Schirmer, Elisabeth, Stefan Schuster, dan Peter Machnik. “Bisphenols exert detrimental effects on neuronal signaling in mature vertebrate brains”. Communications Biology, 12 April 2021. https://doi.org/10.1038/s42003-021-01966-w.