Perjalanan Sejarah Roti dan Mengapa Kini Roti Mendapatkan Reputasi Buruk
Roti, yang di sepanjang sejarah manusia menjadi “penunjang kehidupan” belakangan ini secara telah dipandang buruk, terutama oleh para pendukung diet rendah karbohidrat atau bebas gluten. Namun, ide untuk tidak memasukkan roti ke dalam menu makanan bisa menjadi tantangan. Ini karena hampir setiap negeri dan budaya di seluruh dunia telah memadukan roti ke dalam praktik kuliner mereka. Jika melakukan perjalanan keliling dunia, Anda akan menumukan banyak sekali jenis roti yang menjadi pelengkap atau bagian penting dari makanan sehari-hari, dan ini harus dihargai karena makna budaya dan kontribusinya yang menyenangkan bagi pengalaman tata boga.
Berikut ini adalah eksplorasi ke dalam aspek-aspek menarik dari roti yang menggambarkan peran intinya dalam eksistensi manusia dan evolusi gastronomi kita.
Perjalanan Sejarah Roti
Para sejarawan telah mengaitkan awal mula pembuatan roti dengan sekitar 14.000 tahun yang lalu, yang menandai tahap awal sejarah manusia. Apa yang mungkin dimulai sebagai eksperimen kebetulan dengan tanaman biji-bijian yang muncul secara alami segera menjadi faktor penting dalam evolusi budaya manusia.
Kemunculan produksi roti memungkinkan manusia untuk menetap di suatu komunitas secara permanen, alih-alih terus-menerus mengejar kawanan hewan yang bermigrasi untuk diambil dagingnya. Produksi roti tidak bergantung kepada keberadaan dan lokasi hewan, dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama, sehingga dapat menjadi sumber makanan selama masa perburuan yang gagal. Menyadari hal ini, manusia mulai membudidayakan benih, sehingga melahirkan praktik pertanian.
Spektrum Varietas Roti
Setiap wilayah di seluruh dunia membudidayakan jenis roti yang unik, dipengaruhi oleh biji-bijian yang tersedia dan teknik memasak yang paling nyaman bagi mereka. Oleh karena itu, Anda akan menemukan roti yang terbuat dari gandum, beras, jagung, kentang, barley, millet, kacang-kacangan, dan bahkan biji-bijian yang kurang dikenal seperti einkorn, quinoa, dan spelt. Metode pembuatan roti bervariasi, mulai dari memanggang, menggoreng, dan mengukus. Alat serta alat seperti oven yang digunakan juga tidak terbatas. Roti benar-benar menjadi salah satu makanan paling universal dan penting yang ditemukan di seluruh dunia.
Roti di Zaman Kuno
Pada era paling awal, sejenis roti pipih telah diciptakan, bahkan sebelum manusia secara sengaja mulai membudidayakan tanaman yang menyediakan biji-bijian untuk roti. Bukti arkeologis dari Mesir Kuno, Timur Tengah, Turki, dan Iran, semuanya menunjukkan produksi roti jenis ini. Pembuat roti kuno menggunakan api terbuka untuk memasak campuran biji-bijian dan air. Beberapa roti dikubur di bawah pasir, abu, dan bara api untuk dipanggang.
Perkembangan berbagai jenis oven dari waktu ke waktu dan perintisan penggunaan ragi untuk menjadi adonan roti terjadi di Mesir Kuno. Selama Kekaisaran Romawi, memanggang roti dalam jumlah besar untuk populasi yang terus bertambah menjadi praktik yang signifikan. Bangsa Yunani Kuno merancang “penggilingan” untuk menggiling biji-bijian dalam jumlah besar menjadi tepung untuk pembuatan roti. Sepanjang abad pertengahan, pembuatan roti berkembang menjadi sebuah industri, dengan serikat pekerja yang mengkhususkan diri dalam memproduksi tingkat kualitas roti yang berbeda untuk memenuhi semua kelas sosial.
Fleksibilitas Roti
Sepanjang sejarah, roti telah menjadi pilihan makanan portabel, yang dapat dibawa selama ekspedisi berburu atau perjalanan jauh, dan disimpan selama masa kelangkaan makanan. Roti dapat diisi dengan daging, sayuran, ikan, dan rempah-rempah untuk menciptakan hidangan yang mewah.
Roti menjadi bahan dasar untuk sandwich, sup, dan berbagai macam makanan lainnya. Roti juga dapat diubah menjadi berbagai macam kue, puding, dan saus. Roti dapat digunakan untuk sarapan, makan siang, makan malam, dan makanan penutup. Roti telah menginspirasi banyak kreasi kuliner di berbagai negara.
Lalu, bagaimana roti bisa jatuh ke dalam reputasi yang buruk, terutama bagi mereka yang anti-karbohidrat? Ini membutuhkan perenungan.
Reputasi Roti yang Tercemar
Secara historis, roti dibuat dengan bahan-bahan yang minim dan segar karena dibuat setiap hari dapat dikonsumsi dalam rentang waktu yang singkat. Sebaliknya, roti yang diproduksi secara industri saat ini dapat mengandung hingga 20 bahan atau lebih, termasuk lemak trans, pengawet, dan bahan pengisi yang tidak memiliki nilai gizi. Akibatnya, roti ini cepat terurai di dalam aliran darah, sehingga dengan mudah berubah menjadi lemak. Roti ini memberi rasa kenyang sementara dan berkontribusi kepada “kalori kosong”, yang menyebabkan kenaikan berat badan.
Meninggalkan roti telah menjadi arahan umum dalam diet kontemporer, tetapi hal ini dapat mengakibatkan efek balik berupa peningkatan “ngemil” pada makanan yang lebih merugikan. Namun, roti bagkit secara perlahan tapi pasti. Kini diperkenalkan bentuk dan gaya roti baru, yang mengandung bahan-bahan yang lebih sehat dan memenuhi kebutuhan diet tertentu. Pilihannya kini meliputi roti berprotein tinggi, roti bebas gluten, roti rendah gula, dan banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan diet individu.
Roti pada hakikatnya dapat terus memberi manfaat nutrisi, seperti vitamin B, protein, serat, zat besi, dan kalsium. Meskipun demikian, untuk memaksimalkan manfaat nutrisi dari makanan pokok yang sudah ada sejak dulu ini dan untuk menghindari jebakan terkait karbohidrat, sangat penting untuk membaca label dengan cermat dan membuat pilihan yang tepat dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Dengan memilih roti yang minim bahan, minim bahan tambahan dan pengawet, serta memiliki nilai gizi yang maksimal, roti dapat tetap menjadi komponen yang sehat dan serbaguna dalam menu makanan harian Anda.[]
Sumber:
“In Defense of Bread – the ‘Staff of Life’ throughout History.” SciTechDaily. 20 Mei 2022. https://scitechdaily.com/in-defense-of-bread-the-staff-of-life-throughout-history/.