Skip to main content
  • Administrator

Penelitian: BPA Dapat Turunkan Kualitas Air Mani Pria

Peran polutan dalam mempengaruhi kesuburan pria merupakan topik perdebatan yang kerapkali dibicarakan. Di antara polutan itu, Bisphenol A (BPA) semakin banyak mendapat sorotan karena prevalensinya yang meluas dalam kehidupan sehari-hari dan potensi dampak buruknya terhadap sistem reproduksi pria.

Tulisan ini bertujuan untuk mensintesiskan penelitian yang ada tentang BPA, menawarkan penilaian komprehensif terhadap penelitian yang dilakukan pada model hewan dan manusia, serta mengeksplorasi cara kerjanya yang telah dihipotesiskan.

Pemahaman yang mendalam mengenai mekanisme BPA memengaruhi kesuburan pria, serta kesadaran akan risiko-risiko terkait, sangat penting untuk menjaga kesehatan reproduksi. Kemajuan dalam metode untuk mendeteksi dampak buruk BPA pada organ reproduksi dapat berkontribusi kepada pemahaman yang lebih luas tentang risiko yang ditimbulkan oleh senyawa kimia ini.

Memahami Bisphenol A (BPA)

Bisphenol A (BPA) umumnya digunakan dalam aplikasi industri, terutama dalam pembuatan plastik keras atau polikarbonat dan bahan kemasan pangan (di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan pembuat galon air minum dalam kemasan pakai ulang). Ditandai dengan struktur kristal dan formula C15H16O2, BPA menunjukkan daya tahan dan ketahanan terhadap panas. Atribut ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam perlengkapan keselamatan dan wadah makanan yang aman untuk microwave.

Selain itu, BPA berkontribusi pada umur panjang makanan dan minuman kaleng dengan melapisi bagian dalam kaleng. Aplikasinya meluas ke sektor medis, di mana ia digunakan dalam perangkat seperti mesin jantung-paru dan inkubator, serta dalam kacamata, cakram padat, dan kertas tanda terima.

Mengingat keberadaannya yang ada di mana-mana, implikasi keamanan BPA telah menjadi subjek yang semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan bahwa sebagian besar individu memiliki kadar BPA dalam urin mereka yang melebihi batas keamanan yang direkomendasikan.

Wawasan Mekanis tentang Toksisitas Reproduksi BPA

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan bagaimana BPA dapat mengganggu sistem reproduksi pria, termasuk efek estrogenik dan antiandrogeniknya. BPA diyakini mengganggu jalur sinyal hormonal dan mengubah mekanisme epigenetik, sehingga memengaruhi kesehatan reproduksi di berbagai tingkatan.

BPA dapat mengganggu regulasi hormon dengan memengaruhi pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH), sekresi gonadotropin, dan jalur pensinyalan yang terlibat dalam proliferasi sel spermatogonial. Hal ini menyebabkan perubahan kadar testosteron dan estradiol, yang dapat mengakibatkan gangguan produksi sperma.

Studi molekuler menunjukkan bahwa BPA bertindak sebagai modulator selektif untuk reseptor estrogen, yang memengaruhi respons spesifik jaringan. BPA juga telah ditemukan memiliki afinitas terhadap reseptor estrogen yang berpasangan dengan protein G yang terkait dengan membran, yang berpotensi menyebabkan efek non-genomik yang cepat.

Kompleksitas Penelitian BPA

Literatur ilmiah yang ada memberikan gambaran yang kompleks, terkadang menunjukkan hasil yang saling bertentangan mengenai efek BPA terhadap sistem reproduksi pejantan, baik pada hewan maupun manusia. Tapi, penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa BPA dapat menyebabkan kelainan reproduksi, seperti terhambatnya steroidogenesis testis, yang menyebabkan hipogonadisme hipogonadotropik dan gangguan perkembangan saluran reproduksi. Bagaimanapun, efek antiandrogenik BPA masih menjadi bahan perdebatan, dengan temuan yang tidak konsisten.

Perubahan epigenetik yang disebabkan oleh paparan BPA juga telah dieksplorasi, yang mengungkapkan potensi efek jangka panjang dan efek ini dapat diturunkan. Perubahan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air mani dan dampak buruk lainnya pada sistem reproduksi pria.

Penelitian pada Manusia tentang BPA dan Reproduksi Pria

Penelitian pada manusia tentang hubungan antara paparan BPA dan kesuburan pria memberikan hasil yang tidak meyakinkan. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi negatif antara kadar BPA dan kualitas air mani, sementara penelitian lain tidak menemukan hubungan tersebut.

Perbedaan metodologis dan bias pengambilan sampel dapat berkontribusi terhadap perbedaan ini. Selain itu, variasi geografis dan perbedaan tingkat paparan juga dapat memengaruhi hasil.

Kesimpulan

Pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme kerja BPA dan risiko yang terkait dengan paparannya sangat penting untuk menjaga kesuburan pria. Studi populasi berskala besar yang mematuhi pedoman global untuk analisis air mani dan menggunakan metode yang tepat untuk mengukur konsentrasi BPA diperlukan untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang risiko yang terlibat.

Dengan berfokus pada aspek-aspek ini, penelitian di masa depan dapat memberikan gambaran yang lebih pasti tentang dampak BPA terhadap kesehatan reproduksi pria, yang dapat berkontribusi pada tindakan pencegahan dan intervensi potensial.


Sumber:

Cariati, Federica, Nadja D’Uonno, Francesca Borrillo, Stefania Iervolino, Giacomo Galdiero, dan Rossella Tomaiuolo. 2019. “Bisphenol A: An Emerging Threat to Male Fertility”. Reproductive Biology and Endocrinology 17 (1). https://doi.org/10.1186/s12958-018-0447-6.

BPA, Bisphenol A, polikarbonat, bahaya BPA, Plastik Keras, galon isi ulang, galon pakai ulang, galon guna ulang, testosteron, air mani