Skip to main content
  • Administrator

Penipuan Makanan Olahan: Waspada dan Beli dengan Bijak

Penipuan makanan olahan adalah masalah yang sangat umum. Produsen makanan olahan menambahkan bahan pengisi atau mendilusi produk asli dengan bahan yang lebih murah tanpa pengetahuan konsumen demi keuntungan ekonomi. U.S. Pharmacopeial Convention memiliki “Food Fraud Database” untuk melacak pelanggaran ini.

Food Fraud Database mendefinisikan penipuan makanan sebagai penggantian, penambahan, penyamaran atau peniruan makanan, bahan makanan atau kemasan makanan, atau pernyataan palsu atau menyesatkan tentang produk untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi. Basis data ini memiliki jumlah entri yang sangat tinggi. Ini menunjukkan tingkat penipuan makanan yang menyebar luas.

1. Jus jeruk

Jus jeruk merupakan salah satu makanan olahan yang kerap “dipalsukan”. Jus jeruk seringkali tidak terbuat hanya dari jeruk, dan mungkin mengandung bahan lain. Food Fraud Database berisi banyak contoh jus jeruk palsu dengan bahan tambahan seperti gula bit, gula jagung, dan monosodium glutamate.

Jus jeruk juga seringkali ditambahkan gula, kalori, dan karbohidrat. Secara nutrisi, ini membuat jus jeruk tak kalah buruknya dengan minuman berkarbonasi dan minuman berpemanis.

2. Madu

Pemalsuan madu juga masalah yang sangat umum. Madu-madu yang dijual di toko-toko seringkali merupakan madu yang telah dihilangkan serbuk sarinya, dan bahkan terkontaminasi dengan antibiotik yang berbahaya.

Madu yang lebih murah kerap dijajakan sebagai varian yang lebih mahal. Sebuah investigasi yang pernah dilakukan Food Safety News menunjukkan 75% madu di toko di Amerika Serikat tidak mengandung serbuk sari dan sepertiga madu palsu terkontaminasi dengan timah dan antibiotik.

Food Fraud Database mendaftar banyak bahan non-madu, seperti sirup sukrosa, sirup gula, sirup gula tebu parsial, sirup jagung, sirup glukosa, sirup jagung tinggi fruktosa, gula bit, dan banyak pemanis buatan ditambahkan ke dalam madu. Kabar baiknya adalah investigasi Food Safety News menemukan bahwa semua sampel dari koperasi petani madu adalah asli.

3. Minyak Truffle

Minyak truffle komersial kerap tidak dibuat dari truffle asli, dan sebaliknya dibuat dengan mencampurkan minyak zaitun dengan agen pewarna sintetis, seperti dithiapentane. Penggunaan minyak truffle palsu mengejutkan para penikmat makanan dan penemuan ini menimbulkan kekecewaan.

Minyak truffle asli sulit ditemukan, tetapi konsumen dapat memeriksa label untuk istilah seperti “aroma” atau “essens” truffle untuk mengidentifikasi minyak palsu. Sebab, istilah-istilah ini tidak disetujui oleh otoritas pengawas makanan sebagai deskripsi makanan olahan.

4. Blueberry

Beberapa produk makanan yang mengklaim mengandung blueberry sebenarnya tidak mengandung blueberry asli. Banyak produk populer yang mengklaim mengandung “blueberry” sebenarnya terdiri dari gula, sirup jagung, minyak hidrogenasi, perasa buatan, dan pewarna makanan buatan. Menurut situs Treehugger, produsen populer seperti Kellogg’s, Betty Crocker, dan General Mills bahkan menggunakan blueberry palsu.

Konsumen disarankan memeriksa daftar bahan dengan seksama untuk mencari blueberry asli saat membeli produk yang menjanjikan blueberry. Keberadaan pewarna makanan buatan biru No. 2 dan merah No. 40 mungkin menunjukkan produk itu mengandung blueberry palsu.

5. Susu

Susu adalah salah satu bahan makanan yang paling sering dicampur. Food Fraud Database mendaftar banyak contoh susu palsu dengan berbagai campuran seperti melamin, formaldehida, urea, hidrogen peroksida, soda kalistrik, dan lemak sapi.

6. Ikan

Studi oleh Oceana (sebuah organisasi konservasi laut di Amerika Serikat) menemukan bahwa 33% dari sampel ikan yang dianalisis secara nasional tidak sesuai dengan pedoman otoritas pengawas makanan. Tingkat pemalsuan label tertinggi ditemukan pada sampel yang diberi label sebagai kakap dan tuna.

Ikan budidaya kadang juga dijual sebagai hasil tangkapan dan kerang kampak olahan kadang diberi label salah sebagai ikan putih. Studi Consumer Reports juga menemukan sampel yang diberi label sebagai ikan kerapu ternyata adalah tilefish, yang mengandung tingkat merkuri sangat tinggi.

7. Saffron

Saffron adalah rempah eksotis dan mahal yang sering dipalsukan. Pemalsu yang sering digunakan sebagai pengganti saffron termasuk bunga marigold dan calendula, kunyit, bulu jagung, daun poppy, bawang tua yang dicelup, gipsum, kapur, pati, boraks, gliserin, tartrazin, sulfat barium, pewarna sandalwood, rumput berwarna, dan serat sutra merah yang dicelup.

8. Minyak Zaitun

Minyak zaitun adalah juga bahan makanan olahan yang paling rentan terhadap penipuan. Konsumen sering menerima minyak berkualitas lebih rendah daripada labelnya, seperti minyak zaitun biasa tapi diberi label “extra virgin” atau varian non-Italia yang lebih murah yang dijual sebagai minyak zaitun Italia.

Minyak zaitun juga sering dicampur dengan minyak lain seperti minyak hazelnut, jagung, bunga matahari, kacang tanah, sayur-sayuran, kacang soybean, sawit, dan minyak walnut. Dalam sedikit kasus, minyak yang tidak layak dimakan juga ditambahkan.

9. Jus Delima

Jus delima menjadi populer karena kandungan antioksidannya yang tinggi. Konsumen bersedia membayar mahal untuk jus delima.

Jus delima sering dicairkan dengan jus anggur atau pir, gula, dan sirup jagung tinggi fruktosa. Ada laporan tentang jus delima sintetis yang tidak mengandung delima sama sekali.

10. Kopi

Kopi bubuk dan instan mengandung bahan-bahan “tambahan”. Contoh dari bahan-bahan “tambahan” ini termasuk sekam kopi, jagung, barley, kedelai, bubuk sawi putih, tepung gandum hitam, tepung kentang, gula, karamel, buah ara, glukosa, maltodekstrin, dan pati.

Untuk menghindari ini, konsumen lebih baik membeli biji kopi segar dan menggilingnya sendiri di rumah. Berbelanja di koperasi petani terpercaya dan membeli merek terkenal juga dianggap dapat memastikan keaslian makanan.

Pada akhirnya, konsumen tidak mesti cemas berlebihan dengan semua pemalsuan atau penipuan makanan di atas. Konsumen hanya harus tetap waspada.

Belilah makanan utuh jika Anda bisa. Berbelanjalah di koperasi dan pasar petani yang terpercaya jika memungkinkan.

Merek-merek besar dan terkenal seharusnya dapat diandalkan karena mereka akan rugi besar jika didapati melakukan kesalahan pelabelan. Waspadalah terhadap penawaran yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Sumber:

Breyer, Melissa. “Food Fraud: 10 Counterfeit Products We Commonly Consume.” Treehugger. 5 Juni 2017. https://www.treehugger.com/food-fraud-counterfeit-products-we-commonly-consume-4862907.

penipuan makanan, makanan olahan