Skip to main content
  • Administrator

Plastik: Fakta di atas Fiksi

Pengantar redaksi: Berikut ini kami sajikan terjemahan dari artikel “Plastic: Fact over Fictionyang ditulis oleh Chris DeArmitt, seorang ahli lingkungan independen. Artikel ini diterbitkan pada 24 Mei 2022. De Armitt membongkar berbagai penilaian buruk terhadap plastik yang selama ini dijejalkan kepada kita. Semua itu, menurutnya, tak berdasarkan data ilmiah. Selain menulis artikel, De Armitt juga menulis buku “The Plastics Paradox: Facts for a Brighter Future”, yang di dalamnya dia membedah ribuan publikasi ilmiah yang menguatkan posisinya. Semua kerja dan karyanya soal plastik dan lingkungan dilakukan tanpa bayaran untuk memastikan ketidakberpihakan.


Kita telah dibombardir dengan cerita tentang betapa buruknya plastik. Persoalannya, cerita-cerita itu tidak berasal dari ilmuwan profesional. Sebaliknya, semua itu berasal dari sumber lain yang kurang kredibel.

Seberapa mengkhawatirkan plastik? Satu-satunya cara untuk memastikan itu adalah dengan melihat bukti.

Material

Salah satu alasan orang mengkritik plastik adalah karena persepsi bahwa kita menggunakan terlalu banyak material dan kita perlu menguranginya. Memang benar bahwa kita adalah masyarakat yang boros dan kita harus mengurangi penggunaan material. Namun, seberapa besar kontribusi plastik terhadap penggunaan material? Jawabannya mungkin akan mengejutkan Anda.

Plastik berkontribusi kurang dari satu persen material yang kita gunakan, baik berdasarkan berat maupun volume. Jadi, bahkan jika kita menghapus plastik besok, itu tidak akan mengurangi masalah. Inilah mengapa kita perlu memeriksa bukti ilmiah sebelum mengambil kesimpulan, atau mengambil tindakan, dan bukan berdasarkan rumor yang kita dengar secara online.

Sampah

Alasan lain serangan terhadap plastik adalah persepsi bahwa plastik menghasilkan banyak sampah. Sekali lagi, memang benar bahwa umat manusia menghasilkan banyak sampah. Makin sejahtera kita, makin banyak sampah yang kita hasilkan. Kita harus mencoba untuk mengurangi sampah kita.

Namun, seberapa besar kontribusi plastik terhadap sampah atau limbah? Kita baru saja mengetahui bahwa plastik di bawah satu persen dari material yang manusia gunakan. Jadi, mungkin tidak akan mengherankan jika kita mengetahui bahwa plastik ternyata juga mewakili kurang dari satu persen dari semua sampah yang kita hasilkan.

Sekali lagi, itulah yang ditunjukkan oleh bukti ilmiah kepada kita. Jika semua sampah plastik dihilangkan besok, kita masih memiliki 99 persen sampah yang tersisa untuk ditangani. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, mengapa kita hanya mendengar persoalan plastik dan tidak ada sama sekali tentang 99 persen masalah sampah lainnya. Mengabaikan 99 persen masalah adalah resep kegagalan yang pasti, tapi itulah yang kita lakukan saat ini.

Kemudian ceritanya sedikit lebih bernuansa daripada itu. Para ilmuwan telah melihat berapa banyak material yang dibutuhkan untuk menggantikan plastik.

Tas membutuhkan:

  1. plastik 6 gram
  2. kertas 60 gram

Sedotan membutuhkan:

  1. plastik 1 gram
  2. kertas 2 gram
  3. logam 11 gram
  4. kaca 22 gram

Botol membutuhkan:

  1. plastik 30 gram
  2. aluminium 90 gram
  3. kaca 325 gram

Analisis substitusi yang mendetail untuk banyak item berbeda mengungkapkan bahwa rata-rata dibutuhkan 3-4 pon bahan lain untuk menggantikan 1 pon plastik. Itu berarti menghilangkan semua plastik akan:

1. Menghilangkan hanya satu persen dari material dan limbah; dan

2. Meningkatkan jumlah keseluruhan material dan limbah dengan jumlah yang signifikan

Ini contoh lain mengapa melompat langsung ke kesimpulan hanya berdasarkan kabar internet mungkin tampak menarik, tetapi sebenarnya meningkatkan kerusakan lingkungan.

Dampak lingkungan

Para ilmuwan telah mengembangkan metode yang disebut “analisis siklus hidup”, atau singkatnya LCA. Ini merupakan satu-satunya metode yang dapat diandalkan untuk mengetahui apa yang “hijau” (ramah lingkungan) dan apa yang tidak. LCA menjumlahkan semua karbondioksida yang dihasilkan, energi yang digunakan, air yang dipakai, transportasi, polusi, limbah, dan aspek daur ulang. Ini metode yang distandarisasi dan dipercaya oleh perusahaan, pemerintah, serta kelompok advokasi lingkungan hidup non-pemerintah.

Terdapat 27 studi LCA tentang kantong plastik. Semua studi itu menyimpulkan bahwa kantong plastik polietilen berdampak lebih kecil terhadap lingkungan daripada kantong kertas atau katun. Itu berarti melarang atau memajaki kantong plastik akan meningkatkan kerugian terhadap lingkungan.

Ada studi LCA tentang sedotan. Tentu saja, tidak menggunakan sedotan adalah pilihan paling ramah lingkungan. Namun, jika Anda harus menggunakan sedotan, maka LCA menunjukkan bahwa sedotan plastik paling tidak berbahaya.

Mengenai wadah atau kemasan minuman ringan, ada beberapa studi LCA tentang itu juga. Semuanya sepakat menyimpulkan bahwa wadah atau kemasan plastik yang terbuat dari HDPE atau PET adalah pilihan yang ramah lingkungan serta bisa didaur ulang . Baja, aluminium, dan kaca, semuanya jauh lebih buruk bagi lingkungan karena menyerap lebih banyak energi, menghasilkan lebih banyak karbon, dan juga menghasilkan jauh lebih banyak limbah.

Sekali lagi, pilihan paling ramah lingkungan tentu saja adalah menghindari minuman ringan dan air minum kemasan jika itu memungkinkan.

Studi komprehensif lain menemukan bahwa plastik bertanggung jawab atas 0,5 persen penciptaan karbondioksida sekaligus pada saat bersamaan mengurangi karbondioksida jika dibandingkan dengan material alternatifnya.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa material paling ramah lingkungan memiliki tingkat daur ulang yang rendah. Sebaliknya, material paling kurang ramah lingkungan seperti logam dan kaca memiliki tingkat daur ulang tinggi.

Mengapa demikian?

Ternyata makin kurang “hijau” suatu material, makin mahal harganya dan karenanya lebih berharga untuk didaur ulang. Jadi, platinum, paladium, dan emas yang merupakan material terburuk bagi lingkungan harganya mahal, dan oleh karenanya lebih banyak didaur ulang.

Demikian pula kebalikannya. Material paling ramah lingkungan sangat murah, sehingga tidak berharga untuk didaur ulang. Artinya, Anda tidak akan memperoleh keuntungan dengan mendaur ulangnya.

Itulah alasan sebenarnya mengapa tingkat daur ulang plastik saat ini sangat rendah.

Degradasi

Plastik diserang karena dinilai tidak terdegradasi. Tapi apakah itu benar?

Kalau memiliki barang-barang yang terbuat dari plastik, Anda pasti tahu barang-barang itu akan hancur. Saya membeli trampolin dengan trim plastik, dan plastiknya sudah sangat lapuk hingga benar-benar menjadi debu dan menghilang dalam waktu tiga tahun di luar ruangan.

Mengapa kita percaya bahwa plastik tidak terdegradasi ketika mata kita sendiri melihat sebaliknya?

Para ilmuwan telah mempelajari degradasi plastik selama beberapa dekade. Mereka tahu bahwa beberapa plastik terdegradasi sangat cepat sehingga bahkan tidak dapat digunakan tanpa aditif untuk membantu memperlambat proses degradasinya. Miliaran dolar telah dihabiskan setiap tahunnya untuk aditif penstabil yang digunakan untuk melindungi plastik dari degradasi.

Mengapa plastik tidak stabil?

Itu karena mereka adalah molekul organik yang disatukan oleh ikatan karbon, seperti protein, karbohidrat, enzim, selulosa, dan bahkan DNA yang memegang kode kehidupan. Semua itu adalah polimer dengan kimia yang serupa dan semuanya terdegradasi dengan cara yang sama.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa kantong plastik hancur dalam waktu kurang dari setahun di luar ruangan, seperti halnya daun. Sebagai patokan, sepotong plastik seperti polietilen atau polipropilen akan terdegradasi dengan kecepatan yang sama dengan daun atau potongan kayu dengan ukuran yang sama.

Faktanya, mari kita lihat sekali lagi bahan yang kita gunakan dari diagram lingkaran yang ditunjukkan di atas:

  • 85 persen keramik—bahan anorganik—ribuan tahun (untuk degradasi)
  • 5 persen logam—bahan anorganik—ribuan tahun
  • 10 persen kayu—bahan organik—ratusan tahun

Seperti yang sudah kita ketahui sekarang, dari semua material yang kita gunakan, plastik ternyata terdegradasi lebih cepat daripada nyaris semua material itu. Bagaimana kita bisa terdorong untuk terus menjelekkan plastik karena ia tidak terdegradasi dengan cukup cepat ketika bukti justru menunjukkan sebaliknya?

Singkatnya, argumen bahwa plastik itu buruk karena ia tidak terdegradasi adalah murni fiksi sebagaimana telah dibuktikan oleh ribuan artikel ilmiah peer-review tentang degradasi plastik.

Mikroplastik

Kita tentu pernah mendengar orang mengatakan bahwa plastik berbahaya karena terdegradasi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, disebut “mikroplastik”. Ini klaim yang aneh karena setiap bahan padat yang kita kenal pasti mengalami hal yang persis sama. Batu besar menjadi batu kecil, batu kecil menjadi kerikil, kerikil menjadi pasir dan seterusnya. Logam berkarat lalu hancur. Daun dan ranting menjadi rapuh dan pecah berkeping-keping. Semua itu sangat normal dan tidak menjadi perhatian, kecuali partikel-partikel itu berubah menjadi racun.

Apakah ada studi tentang toksisitas partikel-partikel tersebut, dan jika ada, apa yang studi-studi itu katakan?

Saat membandingkan temuan ilmiah tentang plastik dengan partikel-partikel lain yang terpapar pada kita, kita menemukan bahwa plastik standar tidak beracun tetapi banyak partikel lain yang justru sebenarnya terbukti berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya, plastik jenis PE, PP, dan PET terbukti aman dan hanya menghasilkan 0,03 persen partikel debu. Sebaliknya, kuarsa terbukti menyebabkan kanker saat dihirup dan membentuk sekitar 25 persen debu. Sebagai seorang ilmuwan, saya tahu mana yang paling saya khawatirkan.

Sekali lagi, kita sengaja disesatkan untuk mengabaikan bahaya yang nyata dan saat ini, lalu dipaksa berfokus hanya pada plastik, yang ternyata justru bahan yang paling aman. Bagaimana bisa kita begitu disesatkan?

Hasil penelusuran literatur ilmiah menemukan bahwa sebagian besar studi (67 persen) terhadap mikroplastik menyimpulkan bahwa risikonya bagi kesehatan tidak pasti atau hipotetikal. Hanya 24 persen studi ilmiah yang menyimpulkan adanya bahaya.

Namun demikian, ketika media memberitakan temuan sains itu kepada publik, 93 persen artikel media mengatakan bahaya itu ada dan nyata. Mengapa mereka memilih untuk benar-benar salah menggambarkan fakta dan menyesatkan publik? Itu karena berita buruk laris, sehingga akan lebih menguntungkan dan lebih sedikit pekerjaan bagi mereka untuk membuat berita utama yang sensasional daripada melakukan pekerjaan mereka dengan baik melalui penyelidikan lebih dalam untuk menemukan kebenaran.

Kita telah diberitahu bahwa 10 juta ton mikroplastik mencemari perairan, dari sungai hingga lautan, setiap tahunnya. Para ilmuwan mencoba memverifikasi perkiraan itu dengan mengukur jumlah sebenarnya, dan ternyata tidak ada cukup mikroplastik di sana sebagaimana prediksi tersebut. Mereka mengulang perhitungan mereka dan menemukan kesalahan yang serius. Estimasi terbaik yang baru adalah kurang lebih 6.000 ton per tahun. Itu artinya 1.000 kali lebih sedikit dari yang diberitakan.

Efek pada Margasatwa

Sering diklaim bahwa plastik membahayakan satwa liar dan hewan laut pada khususnya. Klaim semacam itu dibuat tetapi tidak ada bukti yang disajikan. Kita hanya melihat foto-foto yang seolah-olah hanya itu bukti yang diperlukan.

Siapa yang diuntungkan dengan berbohong dan memalsukan bukti? Lihatlah kelompok mana yang menghasilkan uang dari membuat kita cukup marah kepada plastik dan kemudian berdonasi kepada mereka dan Anda akan mendapatkan jawabannya.

Bagaimana dengan bukti nyata? Apa yang dikatakan para ilmuwan tentang efek plastik pada kura-kura, paus, dan burung? Ternyata banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat ancaman apa yang ada terhadap penyu, burung, dan paus. Para ilmuwan membuat daftar puluhan ribu titik data yang menunjukkan penyebab kematian setiap jenis hewan. Kata-kata “plastik” atau “tas” atau “jerami” bahkan tidak muncul dalam penelitian-penelitian tersebut karena semua itu bukan merupakan ancaman yang signifikan.

Tampaknya kita telah ditipu untuk menyumbangkan uang kita berdasarkan fiksi. Bagaimana kita bisa yakin bahwa itu benar-benar terjadi? Sederhana saja. Dr. Patrick Moore, mantan Presiden Greenpeace, menulis buku dan laporan yang mengatakan bahwa Greenpeace mengabaikan sains dan bukti. Sekarang mereka hanya berusaha mendapatkan donasi dengan menjajakan fiksi.

Cobalah unduh  “Greenpeace Wants a Piece of Your Green” untuk melihat laporan tersebut, atau baca buku Moore yang berjudul, “Confessions of a Greenpeace Dropout” yang di dalamnya dia menjelaskan bagaimana dia keluar dari Greenpeace dengan perasaan jijik ketika kelompok itu berubah dari pro-lingkungan menjadi pro-fiksi. Moore tidak sendirian. Mantan anggota kelompok lingkungan lainnya juga telah mengungkap transaksi gelap dari organisasi mereka sebelumnya.

Inilah sebabnya mengapa kita tidak dapat mempercayai apa yang disebut “kelompok lingkungan”. Kita tetap harus mengandalkan bukti ilmiah yang kuat.

Kesimpulan

Kesan yang kita dapatkan dari keterpaparan kita terhadap sumber-sumber internet adalah bahwa plastik musuh publik nomor satu. Sangat mudah untuk mengikuti narasi online, meskipun kebanyakan dari kita menyadari bahwa informasi online tidak dapat dipercaya. Meskipun kita tahu bahwa kehati-hatian diperlukan, siapa yang benar-benar punya waktu untuk memeriksa semua fakta yang disampaikan kepada kita?

Untungnya, banyak ilmuwan independen kini telah memeriksa fakta-fakta itu. Saya menghabiskan 1.500 jam tanpa bayaran untuk membaca lebih daripada 3.000 artikel ilmiah. Tinjauan paling komprehensif dari sains yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa sebagian besar dari apa yang kita yakini sekarang (soal plastik) hanyalah fiksi. Ribuan publikasi ilmiah peer-review menyangkal apa yang kita dan politisi kita yakini saat ini.

Ternyata demonisasi plastik tidak beralasan dan mengalihkan perhatian publik dari persoalan sebenarnya. Tidak hanya itu, kebijakan yang didasarkan pada informasi yang salah ini terbukti meningkatkan kerugian, bukan menguranginya.

Menyelamatkan planet membutuhkan kerja nyata. Kita memiliki pilihan yang mudah untuk menjelek-jelekkan plastik yang trendi tetapi terbukti meningkatkan kerusakan atau pilihan yang lebih bijak untuk bertindak berdasarkan sains demi membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah.[]

Sumber:

“Plastic – Fact over Fiction.” Linkedin.com. Diakses pada 10 November 2022. https://www.linkedin.com/pulse/plastic-fact-over-fiction-chris-dearmitt-phd-frsc-fimmm.

plastik, fakta