Mengapa dan Bagaimana Eropa Sampai Perketat Batas Asupan BPA 20 Ribu Kali
Otoritas Keamanan Pangan Uni Eropa atau EFSA pada 19 April 2023 memutuskan untuk memperketat batas asupan harian yang dapat ditoleransi atau TDI untuk bahan kimia bernama Bisfenol A (BPA). Sebelumnya TDI yang dipatok pada angka 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari kini menjadi 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari.
Itu berarti EFSA memperketat TDI sebanyak 20 ribu kali. Siapa pun yang terpapar BPA masih akan tetap aman jika jumlah paparannya tak melebihi 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari.
Keputusan ini memiliki implikasi mendalam bagi konsumen dan industri karena BPA umum digunakan dalam produk polikarbonat (plastik keras). Polikarbonat biasa kita temui sebagai kemasan pangan, seperti air minum dalam kemasan (AMDK) galon pakai ulang, dan wadah makanan. Polikarbonat juga digunakan dalam produk-produk non-pangan, seperti bahan pembuat mainan anak-anak dan pelapis kertas struk belanja.
BPA sudah sejak lama berada di bawah pengawasan otoritas keamanan pangan di banyak negara karena potensi migrasinya ke dalam makanan dan minuman dalam kemasan. Pada 2011, misalnya, A Guart dan kawan-kawan dari Department of Environmental Chemistry, Institute of Environmental Assessment and Water Research, Barcelona, Spanyol, meneliti potensi migrasi pemlastis (plasticizer) pada kemasan air minum. Dari sejumlah pemlastis yang diteliti, hanya Bisfenol A (BPA) dan 4-Nonilfenol yang terdeteksi bermigrasi pada sampel yang diinkubasi.
Selain berpotensi bermigrasi ke dalam pangan yang dikemas, BPA juga berfungsi di dalam tubuh manusia dengan meniru aktivitas estrogen (hormon yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem reproduksi manusia) sehingga masuk ke dalam kelompok xenoestrogen. Sejumlah riset ilmiah karenanya mengaitkan BPA dengan risiko munculnya sejumlah penyakit, seperti obesitas, gangguan kesuburan, kelainan pada janin, penyakit kadiovaskular, dan bahkan kanker.
Lalu mengapa EFSA memperketat TDI BPA hingga 20 ribu kali?
Mundur ke 2015, EFSA pernah menyatakan bahwa asupan harian yang dapat ditoleransi atau TDI 4 mg/kg berat badan yang ditetapkan untuk BPA bersifat sementara (t-TDI). Hal ini sama saja dengan mengatakan: “untuk sementara, ini aman”.
Namun, di balik itu, para ilmuwan di EFSA menghadapi kesenjangan data dan ketidakpastian yang membayangi. Komitmen mereka jelas. Mereka akan kembali ke topik ini setelah ada lebih banyak data yang muncul, terutama dari penelitian ekstensif selama dua tahun oleh Program Toksikologi Nasional Amerika Serikat.
Meskipun penilaian awal tampak meyakinkan, dengan paparan BPA dari berbagai sumber yang menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada kekhawatiran, keraguan mulai beredar. Keraguan semakin menebal ketika Komisi Eropa meminta EFSA melakukan evaluasi ulang yang lebih menyeluruh.
Maka, masuklah ke dalam tim: para ahli dari Denmark, Perancis, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya. Mereka disatukan oleh satu tujuan: menyusun protokol yang transparan untuk evaluasi ulang ini. Pada Desember 2017, setelah melalui malam-malam yang tak kenal lelah dan revisi yang tak terhitung jumlahnya, protokol tersebut telah siap, untuk konsultasi publik dan umpan balik dari para ahli.
Tahun 2018 menyaksikan pembentukan tim lain: kelompok ahli EFSA. Mereka sudah dipersenjatai dengan protokol dan tekad untuk mengungkap kebenaran tentang BPA. Misi mereka sangat penting, yakni mengevaluasi data ilmiah terbaru, mengatasi ketidakpastian potensi efek toksik BPA, dan menetapkan TDI baru.
Seiring berjalannya waktu, literatur ditelusuri, para pemangku kepentingan dimintai pendapat, dan bukti-bukti mulai menumpuk. Pada November 2021, Panel Bahan Kontak Makanan, Enzim, dan Alat Bantu Pemrosesan (CEP) di EFSA pun menyetujui sebuah draf baru.
Pada Desember 2022, TDI baru untuk BPA ditetapkan pada tingkat yang sangat kecil, yaitu 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari – tingkat yang 20.000 kali lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Dengan angka TDI seperti ini, maka tingkat BPA yang dulunya tampak tidak berbahaya, kini menjadi kekhawatiran yang membayangi semua kelompok usia.
Kisah perjalanan evaluasi potensi bahaya BPA di Eropa ini menjadi pengingat bagi kita tentang sifat pemahaman ilmiah yang terus berkembang. Hal ini menggarisbawahi perlunya kewaspadaan, penelitian, dan penilaian ulang yang berkelanjutan. Temuan ini bukan sekadar angka-angka di atas kertas. Temuan ini merupakan seruan keras, yang menandakan dimulainya diskusi yang ketat di antara para anggota parlemen Uni Eropa tentang langkah-langkah perlindungan yang diperlukan bagi warga negara mereka.
Dalam permadani besar sejarah Eropa, bab tentang BPA ini mungkin tampak kecil. Namun, bagi mereka yang memperjuangkan keselamatan konsumen dan integritas ilmiah, ini merupakan bukti pencarian kebenaran yang tak kenal menyerah—sebuah kisah yang layak dicatat dalam sejarah.[]
Sumber:
Lambré, Claude, José Manuel Barat Baviera, Claudia Bolognesi, Andrew Chesson, Pier Sandro Cocconcelli, Riccardo Crebelli, David Michael Gott, et al. 2023. “Re‐Evaluation of the Risks to Public Health Related to the Presence of Bisphenol a (BPA) in Foodstuffs.” EFSA Journal 21 (4). https://doi.org/10.2903/j.efsa.2023.6857.
BPA, Bisfenol A, Bisphenol A, polikarbonat, bahaya BPA, Plastik Keras, EFSA, TDI BPA