
Aturan Pengurangan Kadar Gula dalam Pangan Kemasan Lebih Baik daripada Penerapan Cukai
Sebuah studi kesehatan dan ekonomi belum lama ini menggarisbawahi pentingnya bagi produsen pangan kemasan untuk menurunkan kadar gula tambahan dalam produk-produk mereka. Dengan mengurangi kadar gula hingga 20 persen dalam makanan kemasan dan 40 persen dalam minuman kemasan, mereka dapat membantu mencegah 2,48 juta insiden kesehatan terkait kardiovaskular (termasuk stroke, serangan jantung, dan henti jantung), 490.000 kematian akibat kardiovaskular, dan 750.000 diagnosis diabetes di Amerika Serikat selama masa hidup orang dewasa. Demikian hasil sebuah studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Circulation pada Agustus 2021.
Studi tersebut merupakan sebuah penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh para ahli dari Massachusetts General Hospital (MGH), Friedman School of Nutrition Science & Policy di Tufts University, Harvard T.H. Chan School of Public Health, dan Departemen Kesehatan New York City (NYC DOH). Mereka merancang model simulasi untuk mengukur hasil kesehatan, keuangan, dan kesetaraan dari strategi pengurangan gula yang disarankan oleh National Salt and Sugar Reduction Initiative (Inisiatif Pengurangan Garam dan Gula Nasional) atau yang disingkat NSSRI.
NSSRI sendiri merupakan sebuah koalisi yang terdiri dari lebih 100 entitas kesehatan. Inisiatif ini telah meluncurkan tujuan awal pengurangan gula untuk 15 jenis makanan dan minuman pada 2018. Pada Februari 2021, NSSRI telah memantapkan strategi ini dan mendorong industri untuk secara sukarela menyesuaikan produk mereka yang sarat gula.
Agar implementasi nasional ini berhasil, pengawasan pemerintah menjadi sangat penting untuk melacak dan mengumumkan secara terbuka kemajuan industri dalam mencapai tujuan ini.
Para peneliti mengantisipasi bahwa model mereka akan mendapatkan dukungan untuk strategi amandemen gula di seluruh Amerika Serikat. Siyi Shangguan, penulis utama studi tersebut, mengatakan, “Temuan kami menunjukkan bahwa mengurangi gula dalam makanan dan minuman yang dibeli di toko dapat secara signifikan meningkatkan kesehatan masyarakat Amerika Serikat, ini lebih daripada langkah-langkah pengurangan gula lainnya seperti cukai, pelabelan, atau pelarangan.”
Satu dekade setelah penerapannya, NSSRI memperikirakan kebijakan itu dapat menghemat biaya perawatan kesehatan sebesar US$ 4,28 miliar (sekitar Rp 65,8 triliun) dan US$ 118,04 miliar (sekitar Rp 1.815 triliun) selama masa hidup generasi dewasa saat ini (usia 35-79 tahun). Dengan memperhitungkan biaya sosial dari penurunan produktivitas akibat penyakit yang disebabkan oleh gula, potensi penghematan dapat meroket hingga US$ 160,88 miliar (sekitar Rp 2.474 triliun) selama masa hidup orang dewasa.
Perlu dicatat bahwa angka-angka di atas, menurut para peneliti, merupakan estimasi paling rendah, mengingat pendekatan konservatif dari penelitian ini. Bahkan dengan kepatuhan industri secara parsial, kebijakan ini menjanjikan manfaat kesehatan dan ekonomi yang besar.
Tim peneliti menemukan bahwa pendekatan NSSRI akan hemat biaya dalam waktu enam tahun dan menghasilkan penghematan pada tahun kesembilan. Selain itu, kebijakan ini dapat menjembatani kesenjangan kesehatan dan menawarkan manfaat yang nyata bagi warga kulit hitam, Hispanik, yang berpenghasilan rendah, dan yang berpendidikan rendah di Amerika Serikat – kelompok-kelompok yang secara historis mengonsumsi gula tinggi karena ketidaksetaraan sistemik.
Upaya reformulasi di masa lalu, yang menargetkan bahan-bahan seperti lemak trans dan natrium, telah membuahkan hasil yang positif. Namun, Amerika Serikat masih tertinggal dari negara-negara seperti Inggris, Norwegia, dan Singapura dalam memperjuangkan kampanye pengurangan gula yang kuat.
Namun demikian, Amerika Serikat dapat menjadi pelopor dalam melindungi warganya dari bahaya gula yang berlebihan jika rekomendasi NSSRI membuahkan hasil. Shangguan menegaskan, “Strategi NSSRI adalah inisiatif modifikasi gula yang paling cermat dan luas di dunia.”
Konsumsi produk makanan dan minuman berpemanis yang berlebihan berkaitan erat dengan obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Yang mengkhawatirkan, lebih daripada 40 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengalami obesitas, separuhnya adalah penderita diabetes atau pra-diabetes, dan hampir separuhnya lagi menderita penyakit kardiovaskular, dan kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi menanggung beban paling berat.
Dariush Mozaffarian, penulis senior studi ini yang juga kepala Friedman School of Nutrition Science di Tufts University, menekankan, “Ini adalah saat yang tepat untuk meluncurkan kampanye nasional dengan tolok ukur pengurangan gula secara sukarela, yang mampu memberikan dampak kesehatan, kesetaraan, dan peningkatan finansial yang monumental dalam waktu kurang dari sepuluh tahun.”[]
Sumber:
Shangguan, Siyi, Dariush Mozaffarian, Stephen Sy, Yujin Lee, Junxiu Liu, Parke E. Wilde, Andrea L. Sharkey, Erin A. Dowling, Matti Marklund, Shafika Abrahams-Gessel, Thomas A. Gaziano, and Renata Micha. “Health Impact and Cost-Effectiveness of Achieving the National Salt and Sugar Reduction Initiative Voluntary Sugar Reduction Targets in the United States: A Micro-Simulation Study.” Circulation, 27 August 2021.
gula, minuman berpemanis, cukai minuman berpemanis, diabetes, obesitas