Skip to main content
  • Administrator

Awas Bahaya Merkuri pada Produk Kosmetik!

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia baru-baru ini mengumumkan kembali daftar produk kosmetik ilegal karena mengandung zat berbahaya, seperti merkuri, hidrokuinon, dan pewarna merah K3. Penemuan ini merupakan bagian dari kegiatan pengawasan BPOM yang berlangsung sejak September 2022 hingga Oktober 2023. Juru bicara BPOM, seperti dikutip dari Kompas.com, Eka Rosmalasari, menegaskan bahwa produk-produk berbahaya tersebut telah berhasil diamankan.

Meskipun produk telah ditarik dari pasaran dan dimusnahkan, Kompas.com melaporkan bahwa beberapa produk masih tersedia di platform e-commerce. Eka menyatakan, “Untuk mengatasi penjualan online produk ilegal, BPOM telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta lembaga terkait lainnya untuk menghapus tautan produk tersebut dari internet.”

Selain itu, BPOM memerintahkan produsen kosmetik yang menggunakan bahan terlarang untuk menarik produk mereka dari pasaran, melaporkan, dan memastikan proses penarikan tersebut efektif. Langkah selanjutnya termasuk pencabutan izin edar untuk produk yang terdaftar di BPOM. Produsen yang memproduksi kosmetik ilegal melanggar Peraturan BPOM Nomor 19 tahun 2021. Pelanggaran tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 435 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, dengan hukuman penjara hingga 12 tahun atau denda hingga Rp 5 miliar.

Merkuri adalah bahan kimia berbahaya yang sering ditemukan dalam produk pemutih kulit. Bahan kimia ini telah dilarang penggunaannya dalam kosmetik karena dampak negatifnya terhadap kesehatan, termasuk iritasi kulit, kerusakan sistem pencernaan, saraf, dan neurologi.

Daftar kosmetik yang telah dinyatakan mengandung bahan berbahaya bisa pembaca lihat dan telusuri di tautan berikut: https://standar-otskk.pom.go.id/otskk-db/kategori/database-kosmetik-mengandung-bahan-berbahaya

Penggunaan merkuri dalam produk kosmetik, terutama dalam krim pemutih kulit, biasanya dilakukan karena beberapa alasan:

  • Efek Pemutihan Kulit: Merkuri efektif dalam mengurangi produksi melanin, pigmen yang memberikan warna pada kulit. Dengan menghambat melanin, merkuri dapat menyebabkan kulit tampak lebih terang atau lebih putih. Ini adalah alasan utama mengapa merkuri sering digunakan dalam produk pemutih kulit. Jadi, tidak ada produk kosmetik sehat yang bisa secara instan memutihkan kulit, dan lagipula cantik tidak mesti putih, bukan?
  • Pengawet dan Antiseptik: Dalam beberapa kasus, merkuri digunakan karena sifatnya sebagai pengawet dan antiseptik. Ini dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur dalam produk kosmetik, sehingga memperpanjang masa simpannya.
  • Murah dan Mudah Didapat: Merkuri relatif murah dan mudah diakses sebagai bahan baku dalam pembuatan kosmetik. Ini membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi produsen yang ingin mengurangi biaya produksi.

Namun, seperti telah dinyatakan oleh BPOM, adalah penting untuk diingat bahwa penggunaan merkuri dalam produk kosmetik sangat berbahaya. Merkuri dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kerusakan pada kulit dan organ internal, gangguan sistem saraf, dan masalah reproduksi. Karena alasan ini, banyak negara telah melarang atau sangat membatasi penggunaan merkuri dalam produk kosmetik. Penggunaannya mengandung risiko kesehatan yang signifikan dan tidak aman bagi konsumen.

Sejumlah penelitian telah menyoroti bahaya merkuri bagi kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa temuan utama dari penelitian-penelitian tersebut:

  • Kerusakan Sistem Saraf, Ginjal, dan Hati: Paparan merkuri dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf, ginjal, dan hati​​.
  • Masalah Kesehatan Jika Terhirup: Jika merkuri dalam bentuk unsur terhirup, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada mulut, saluran pernapasan, paru-paru, dan bahkan kematian akibat gagal napas​​.
  • Efek dari Senyawa Merkuri Anorganik: Senyawa merkuri anorganik dapat membentuk garam anorganik yang berbahaya ketika terhirup​.

Sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga telah mengambil langkah untuk melarang atau membatasi penggunaan merkuri dalam produk kosmetik:

  • Amerika Serikat: Food and Drug Administration (FDA) menetapkan batas legal penggunaan merkuri pada produk sebanyak 1 ppm (parts per million) atau kurang dari 1 miligram per kilogram. Namun, penggunaan merkuri dalam kosmetik terbatas pada produk untuk area mata dengan konsentrasi maksimum 65 bagian per juta (0.0065 persen) merkuri yang dihitung sebagai logam, dan hanya diperbolehkan jika tidak ada bahan pengawet lain yang efektif dan aman​​​​.
  • Eropa: Melarang penuh penggunaan merkuri dalam produk kosmetik​​.
  • Beberapa Negara di Afrika: Juga telah melarang penggunaan merkuri dalam produk kosmetik​​.
  • Global: Pada Konvensi Minamata tentang Merkuri yang diikuti oleh 147 negara pada 2013, telah diadopsi rencana untuk menghapus penggunaan merkuri dalam kosmetik. Keputusan ini diusulkan oleh wilayah Afrika, Kanada, dan Amerika Serikat​​. Sesuai teks Konvensi yang ada, kosmetik dengan konsentrasi merkuri di atas 1 ppm seharusnya sudah dihentikan penggunaannya pada 2020​​.

Dari informasi di atas, dapat dilihat bahwa telah ada upaya global yang signifikan untuk membatasi atau melarang penggunaan merkuri dalam produk kosmetik, mengingat bahayanya bagi kesehatan manusia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan merkuri, bahkan dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan merupakan ancaman bagi perkembangan anak di dalam kandungan dan di awal kehidupannya. Merkuri dapat memiliki efek toksik pada sistem saraf, pencernaan, dan imun, serta pada paru-paru, ginjal, kulit, dan mata. WHO menganggap merkuri sebagai salah satu dari sepuluh bahan kimia atau kelompok bahan kimia yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat utama​​.

Merkuri hadir dalam berbagai bentuk, seperti elemental (atau logam) dan anorganik, yang dapat terpapar melalui pekerjaan, dan organik (seperti metilmerkuri) yang terpapar melalui diet. Aktivitas seperti pembakaran batu bara, proses industri, dan penambangan, merupakan penyebab utama pelepasan merkuri ke lingkungan​​. Paparan utama terjadi melalui konsumsi ikan dan kerang yang terkontaminasi metilmerkuri dan inhalasi uap merkuri elemental selama proses industri​​.

Dua kelompok yang lebih sensitif terhadap efek merkuri adalah janin dan orang yang secara teratur terpapar tingkat tinggi merkuri. Paparan metilmerkuri dalam kandungan dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf bayi, serta menyebabkan gangguan kognitif pada anak-anak yang terpapar metilmerkuri sebagai janin. Efek kesehatan lain termasuk gangguan saraf dan perilaku setelah inhalasi, ingestasi, atau paparan dermal terhadap senyawa merkuri yang berbeda, termasuk tremor, insomnia, hilangnya memori, efek neuromuskular, sakit kepala, dan disfungsi kognitif dan motorik​​.

Untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan, WHO menyarankan beberapa langkah, termasuk mempromosikan energi bersih, menghentikan penggunaan merkuri dalam penambangan emas, menghentikan penambangan merkuri, dan menghilangkan produk yang mengandung merkuri yang tidak esensial. Banyak negara karenanya telah melarang produk pemutih kulit yang mengandung merkuri karena bahaya bagi kesehatan manusia​​​​.

Namun, jenis merkuri seperti thiomersal (etilmerkuri) digunakan dalam jumlah sangat kecil sebagai pengawet dalam beberapa vaksin dan farmasi. Berbeda dengan metilmerkuri, etilmerkuri cepat terurai di dalam tubuh dan tidak menumpuk. WHO telah memantau bukti ilmiah yang berkaitan dengan penggunaan thiomersal sebagai pengawet vaksin selama lebih dari 10 tahun dan konsisten menyimpulkan bahwa jumlah thiomersal yang digunakan dalam vaksin tidak menimbulkan risiko kesehatan​​.[]


Sumber:

  1. Kompas Cyber Media. 2023. “BPOM Ungkap Daftar Produk Kosmetik Ilegal, Terbukti Mengandung Merkuri.” com. December 29, 2023.
  2. Kompas Cyber Media. 2022. “Efek Paparan Merkuri Bagi Kesehatan.” com. March 13, 2022.
  3. “Awas Kosmetik Ilegal! Kenali Bahan Berbahaya Yang Ada Di Kosmetik Palsu.” 2021. Female Daily. September 2, 2021.
  4. “UN Convention Agrees to Phase Mercury out of Cosmetics by 2025 - EIA US.” 2023. Us.eia.org. November 7, 2023.
  5. World Health Organization. 2017. “Mercury and Health.” Who.int. World Health Organization: WHO. March 31, 2017.

kosmetik, merkuri