Berita Pertama tentang Bahaya BPA (Washington Post, 2008)
Pengantar Redaksi FMCG Insights: Kontroversi keamanan BPA di Indonesia baru terjadi setidaknya pada pertengahan 2020. Namun, di Amerika Serikat, perdebatan seputar efek kesehatan bahan kimia itu telah terjadi sejak 1977 di kalangan akademisi, dan kemudian terangkat ke ruang publik untuk pertama kalinya dalam artikel berita The Washington Post edisi 16 April 2008 setelah National Toxicology Program—sebuah badan federal—merilis laporan yang mengkhawatirkan terkait BPA. Berikut ini terjemahan artikel berita tersebut.
AS Ungkap Kecemasan Terhadap Bahan Kimia dalam Plastik
Oleh Lyndsey Layton
Penulis Staf Washington Post
Rabu, 16 April 2008 (Halaman A01)
SEBUAH badan kesehatan federal mengakuinya untuk pertama kalinya kemarin kekhawatiran bahwa bahan kimia yang ditemukan dalam ribuan produk sehari-hari, seperti botol bayi dan compact disc dapat menyebabkan kanker dan gangguan serius lainnya.
Draf laporan oleh Program Toksikologi Nasional (National Toxicology Program—NTP) memberi sinyal perubahan posisi pemerintah terhadap Bisfenol A, atau BPA, bahan kimia yang ada di mana-mana di Amerika Serikat dan telah terdeteksi dalam urin dari 93 persen penduduk di atas usia 6 tahun.
Tahun lalu, panel ahli lain yang menggunakan ilmuwan luar mengecilkan risiko kesehatan dari BPA, tetapi temuan itu mendapat serangan luas setelah sebuah penyelidikan kongres menemukan bahwa sebuah perusahaan yang dikontrak untuk melakukan analisis ilmiah ternyata juga bekerja untuk industri kimia.
Digunakan dalam produksi plastik sejak 1950-an, BPA menghubungkan hewan-hewan percobaan laboratorium kepada kanker payudara, kanker prostat, pubertas dini pada perempuan, dan perubahan perilaku, demikian menurut penelitian yang dirilis kemarin. Penelitian itu menyerukan penelitian lebih lanjut tentang dampak kesehatan bahan kimia tersebut.
Meskipun Program Toksikologi Nasional, sebuah dinas di bawah National Institutes of Health, tidak memiliki kewenangan untuk mengatur BPA, penemuannya digunakan oleh agen-agen federal lain, seperti Badan Obat dan Makanan (Food and Drug Administration—FDA) dan Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency—EPA), yang menetapkan batas paparan aman untuk bahan-bahan kimia.
“Yang kami dapatkan adalah peringatan, sinyal, tentang beberapa kekhawatiran,” kata Mike Shelby, Direktur Pusat Evaluasi Risiko terhadap Reproduksi Manusia (Center for the Evaluation of Risks to Human Reproduction), yang mengawasi laporan tersebut. “Kami tidak bisa menolak kemungkinan bahwa efek serupa atau terkait dapat terjadi pada manusia.”
Aktivis pembela kesehatan masyarakat mengatakan laporan itu harus mendorong pemerintah untuk melarang BPA, setidaknya dalam produk-produk bayi. Bayi yang diberi susu formula adalah yang paling rentan terhadap paparan bahan kimia itu karena ia ditemukan di dalam botol-botol bayi dan juga pelapis kaleng wadah susu formula bubuk dan cair. “Mereka mendapatkan paparan ganda,” kata Anila Jacob, seorang ilmuwan senior di sebuah organisasi nirlaba, Environmental Working Group.
Namun, Steven G. Hentges, Direktur Eksekutif Kelompok Global Polikarbonat/BPA pada Dewan Kimia Amerika Serikat, mengatakan laporan baru itu tidak berarti BPA tidak aman.
“Laporan itu tidak menemukan masalah serius atau tingkat tinggi bagi kesehatan manusia,” katanya. “Lebih banyak penelitian lagi yang dibutuhkan.”
Panel toksikologi menggunakan sistem peringkat lima level, mulai dari “masalah serius” hingga “masalah yang dapat diabaikan”. Panel kemudian memberi label terkait kemungkinan risiko kanker BPA sebagai “beberapa kekhawatiran”, atau berada di tengah skala. “Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk memberinya label “kekhawatiran” atau “kekhawatiran serius”,” kata Shelby.
Ditanya dalam sebuah wawancara, apakah paparan BPA dapat dihilangkan, Shelby berhenti sejenak. “Ia ada di mana-mana,” katanya. “Kami belum mengetahui semua sumber paparan BPA. Sebagian besar paparan melalui makanan dan minuman—kaleng dan botol. Tapi mungkin ada sejumlah jejak di dalam air dan debu. Ponsel Anda juga mungkin terbuat dari BPA.”
Karena BPA paling mudah diserap melalui wadah makanan dan minuman, aktivis kesehatan secara khusus berfokus pada bagaimana FDA mengatur bahan kimia tersebut. Seorang juru bicara FDA menolak untuk mengomentari laporan baru tersebut, dengan mengatakan bahwa badan tersebut belum memiliki kesempatan untuk meninjaunya.
FDA sendiri telah mendapat kecaman dari Komite Energi dan Perdagangan DPR AS, yang telah menyelidiki pengaruh industri kimia terhadap peraturan badan tersebut tentang BPA sebagai pelapis plastik dalam kaleng logam susu formula bayi.
Bulan lalu, dalam menanggapi pertanyaan dari anggota parlemen, FDA mengakui telah mengabaikan ratusan studi pemerintah dan akademisi tentang risiko kanker BPA dan hanya menggunakan dua studi yang didanai oleh industri kimia untuk menentukan bahwa bahan kimia tersebut aman.
Laporan kemarin (laporan NTP—red) harus mendorong FDA untuk mempertimbangkan kembali keputusannya mengenai (keamanan) BPA, kata John D. Dingell, Ketua Komisi Energi dan Perdagangan, dan Bart Stupak, Ketua Panel Subkomisi Pengawasan dan Investigasi.
“Penilaian ini bertentangan dengan kegigihan FDA (yang menyatakan) bahwa BPA aman,” kata Dingell melalui seorang juru bicara. “Saya berharap FDA bersedia mempertimbangkan kembali posisi mereka terhadap BPA demi keselamatan bayi dan anak-anak kita.”
Dengan mengacu kepada (laporan) NTP, Henry A. Waxman, Ketua Komisi Pengawasan dan Reformasi Pemerintah, mengatakan, “Tampaknya NTP benar-benar mendengarkan keprihatinan para ilmuwan di bidang ini. Ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, dan kita tidak boleh salah.”
Kekhawatiran tentang BPA telah berkembang selama bertahun-tahun, sampai-sampai situs web Dewan Kimia AS memiliki halaman khusus yang didedikasikan untuk menanggapi “cerita menakutkan” tentang bahan kimia tersebut. “Bobot bukti ilmiah jelas mendukung keamanan BPA dan memberi jaminan kuat bahwa tidak ada dasar terkait masalah kesehatan manusia dari paparan BPA,” kata halaman situs web tersebut.
Sejumlah negara bagian, termasuk California dan New Jersey, sedang mempertimbangkan larangan BPA. Negara bagian lain, seperti Maine, mungkin mengharuskan produsen untuk memasang label peringatan pada produk yang mengandung BPA.
Kekhawatiran (tentang BPA) telah menjadi keuntungan bagi sebuah perusahaan yang baru berusia dua tahun, “Born Free”. Perusahaan ini memproduksi botol dan cangkir bayi bebas BPA. Perusahaan ini sebenarnya tidak dapat memproduksi botol (bebas BPA) dengan cukup cepat, sementara permintaan meningkat menyusul hasil studi ilmiah baru tersebut.
“Setiap kali ada publikasi, setelah beberapa hari, stok kami habis,” kata Gil Lemel, kepala eksekutif perusahaan tersebut. “Setiap kali kami berpikir kami lebih siap, itu tidak pernah cukup. Kami membuat 80.000 botol sehari, dan kami tidak memiliki persediaan.”[]