Kandungan Nutrisi Susu Nabati Masih Kalah dengan Susu Sapi
Industri susu nabati (plant-based milk) berkembang pesat, dengan variasi baru yang muncul di mana-mana, mulai dari susu almond dan oat tradisional hingga susu pistachio dan mete yang lebih modern. Pilihannya sangat banyak.
Namun, dalam hal nilai gizi, sebagian besar alternatif ini masih kalah dibandingkan dengan susu sapi, seperti yang ditunjukkan oleh data yang disampikan pada 24 Juli 2023 di American Society for Nutrition Conference di Boston. Informasi ini belum dipublikasikan.
Abigail Johnson, seorang peneliti nutrisi di University of Minnesota, mengatakan kepada Insider, “Awalnya, saya percaya bahwa produsen akan mempelajari susu sapi dan bertujuan untuk mereplikasi khasiatnya dengan produk-produk (susu nabati) ini.” Sebaliknya, kandungan nutrisi produk non-susu sapi sangat bervariasi sehingga, “Menurut saya, rasa, tekstur, dan fitur-fitur lainnya kemungkinan besar merupakan faktor utama di balik pertumbuhan produk-produk (susu nabati) ini, alih-alih kemiripannya dengan profil nutrisi susu sapi,” tambah Johnson.
Susu Sapi Versus Alternatif Susu Berbasis Tumbuhan dalam Hal Kepadatan Nutrisi
Sebuah penelitian ilmiah terhadap label nutrisi 237 produk susu nabati dari 23 produsen yang berbeda menunjukkan bahwa hanya 28 minuman yang menyamai atau melebihi susu sapi dalam hal vitamin D, kalsium, dan protein. Di antara susu nabati, susu oat paling banyak diperkaya dengan kalsium dan vitamin D, dengan 76 persen susu oat yang dianalisis mengandung kedua nutrisi tersebut. Susu kedelai dan susu almond berada di urutan berikutnya. Namun, kandungan nutrisi dalam susu nabati sangat bervariasi.
Susu nabati juga biasanya mengandung lebih sedikit protein daripada susu sapi—sebuah fakta yang diakui oleh Johnson. Sementara, susu sapi memiliki 8 gram protein per sajian, susu kedelai biasanya menyamainya, tetapi susu nabati lainnya hanya memiliki rata-rata 2 gram protein, kata Johnson.
Beberapa ahli mempertanyakan kesimpulan penelitian tersebut. Christopher Gardner, kepala Stanford Diabetes Research Center, menepis anggapan bahwa susu sapi lebih unggul secara nutrisi sebagai “omong kosong”. Dia mengatakan kepada CNN, “Susu nabati tidak mengandung kolesterol, minim lemak jenuh, dan beberapa bahkan mengandung serat.” Ini berbeda dengan “susu sapi yang mengandung kolesterol, mengandung lemak jenuh, dan kurang serat.” Faktor-faktor ini mungkin membuat susu nabati lebih cocok untuk orang-orang tertentu.
Meskipun susu nabati mungkin kurang kaya akan protein, vitamin D, dan kalsium, tidak ada keharusan untuk beralih ke susu sapi jika Anda memang tidak menginginkannya. Johnson menekankan bahwa pada umumnya tidak ada masalah dengan protein, karena sebagian besar orang sudah mengonsumsi protein dalam jumlah yang cukup dalam asupan mereka dari makanan lain.
Bagi mereka yang mencari kalsium dan vitamin D dari susu nabati, Johnson menyarankan, “Anda harus memeriksa labelnya untuk memastikan bahwa susu tersebut benar-benar menawarkan nutrisi yang Anda butuhkan.” Jika kalsium dan vitamin D tercantum, jumlah yang ditambahkan kemungkinan besar sama dengan yang ada pada susu sapi. Tetapi jika hanya salah satu yang tercantum, kemungkinannya agak lebih rendah.
Johnson menekankan bahwa pelajaran utamanya adalah bahwa susu nabati “bukanlah pengganti yang tepat untuk susu sapi”. Sangat penting untuk memasukkan vitamin D dan kalsium ke dalam makanan Anda, tetapi “nutrisi ini dapat diperoleh dari berbagai makanan lain, dari susu sapi, atau dari sumber alternatif,” katanya.[]