Konsumsi Susu Berperisa: Pertimbangkan Risiko Gula Tambahan!
Susu berperisa adalah minuman susu manis yang dibuat dari susu, gula, dan berbagai perasa. Rasa yang paling umum adalah cokelat, stroberi, dan vanila, tetapi ada banyak jenis rasa lain yang tersedia, termasuk rasa yang kurang umum seperti pisang, kopi, dan karamel.
Susu berperisa sebenarnya menawarkan manfaat nutrisi yang sama dengan susu biasa, seperti menjadi sumber kalsium, protein, dan vitamin D dan B12 yang baik. Namun, produk ini sayangnya juga memiliki tambahan gula untuk menambah rasa manis dan rasa. Susu ini menjadi pilihan minuman populer, terutama di kalangan anak-anak, dan dapat ditemukan di banyak sekolah, toko bahan makanan, dan kafe.
Komposisi dari susu berperisa (flavored milk) biasanya meliputi enam bahan dasar, antara lain:
- Susu: dasar dari minuman ini adalah susu, yang bisa berupa susu segar, susu UHT, atau susu rekonstitusi dari susu bubuk. Susu memberikan protein, kalsium, dan vitamin esensial lainnya.
- Pemanis: gula adalah pemanis yang paling umum digunakan, tetapi beberapa produk mungkin menggunakan pemanis alternatif seperti sirup jagung berfruktosa tinggi, pemanis buatan, atau pemanis alami seperti madu.
- Perasa: berbagai perasa alami atau buatan digunakan untuk memberikan rasa khas seperti cokelat, stroberi, atau vanila. Untuk rasa cokelat, seringkali digunakan bubuk kakao, sementara rasa buah seperti stroberi atau pisang mungkin berasal dari sari buah alami atau perasa buatan.
- Stabilisator dan pengemulsi: bahan-bahan ini ditambahkan untuk memastikan bahwa perasa dan gula tercampur merata dalam susu dan tidak mengendap. Contoh dari stabilisator dan pengemulsi termasuk gelatin, karagenan, atau lemak susu.
- Pewarna: untuk beberapa rasa, seperti stroberi atau pisang, pewarna makanan mungkin ditambahkan untuk memberikan warna yang lebih menarik.
- Vitamin dan mineral tambahan: kadang-kadang susu berperisa juga diperkaya dengan vitamin dan mineral tambahan untuk meningkatkan nilai gizinya.
Kandungan susu dalam susu berperisa umumnya cukup tinggi karena susu merupakan bahan utama dalam produk ini. Biasanya, susu berperisa mengandung hingga 90 persen susu. Sisa komposisinya terdiri dari pemanis, perasa, dan bahan tambahan lainnya.
Untuk gula atau pemanis, persentasenya bisa bervariasi tergantung pada merek dan jenis produk. Secara umum, susu berperisa bisa mengandung antara 5 persen hingga 12 persen gula atau pemanis. Misalnya, dalam susu cokelat, kandungan gula biasanya berkisar antara 8 persen hingga 12 persen. Namun, ada juga produk yang dirancang untuk memiliki kandungan gula yang lebih rendah, yang mungkin hanya mengandung sekitar 5 persen gula.
Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk memeriksa label nutrisi pada produk tertentu untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, karena komposisi bisa sangat bervariasi di antara merek dan formulasi. Beberapa produk mungkin juga menggunakan pemanis buatan atau pemanis alami yang memiliki kandungan kalori lebih rendah daripada gula biasa.
Apabila dikonversi dalam hitungan gram, maka gula dalam susu berperisa bisa mencapai 25 gram dalam susu berperisa berkapasitas 250 mililiter (yang setara dengan sekitar 250 gram, mengingat densitas susu mendekati densitas air). Ini jika label nutrisi menunjukkan bahwa susu tersebut mengandung 10 persen gula.
Oleh karena itu, mengonsumsi susu berperisa setiap hari, terutama untuk anak-anak, memerlukan pertimbangan serius terkait keseimbangan antara manfaat dan potensi risiko. Berikut adalah beberapa aspek yang harus dipertimbangkan:
- Nutrisi: susu berperisa menyediakan nutrisi yang sama pentingnya dengan susu biasa, termasuk kalsium, protein, dan vitamin D. Ini bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Gula tambahan: susu berperisa mengandung gula tambahan. Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko karies gigi, obesitas, dan penyakit lainnya, terutama pada anak-anak. American Heart Association merekomendasikan agar anak-anak berusia 2 hingga 18 tahun membatasi asupan gula tambahan mereka menjadi kurang dari 25 gram (sekitar 6 sendok teh) per hari.
- Kebiasaan makan: mengonsumsi susu berperisa secara teratur bisa menanamkan kebiasaan memilih makanan atau minuman manis, yang mungkin tidak ideal untuk pengembangan preferensi makanan yang sehat di kemudian hari.
- Alternatif: jika anak sangat menyukai susu berperisa, mungkin bijaksana untuk menawarkannya sebagai makanan penutup atau sebagai camilan sesekali, dan bukan sebagai bagian rutin dari diet harian mereka. Kita juga bisa mempertimbangkan versi susu berperisa dengan kandungan gula yang lebih rendah.
- Pendidikan gizi: mengajarkan anak-anak tentang pentingnya diet seimbang dan pembatasan gula tambahan adalah langkah penting dalam mempromosikan kebiasaan makan yang sehat.
Secara keseluruhan, sementara susu berperisa bisa menjadi cara yang menarik untuk mendorong anak-anak mengonsumsi susu, penting untuk membatasi konsumsinya karena kandungan gula tambahan. Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba menambahkan perasa alami seperti buah-buahan segar ke dalam susu biasa untuk memberikan rasa tanpa gula tambahan yang berlebihan.
Secara umum, susu biasa (tanpa perasa tambahan) lebih sehat daripada susu berperisa, terutama karena kandungan gula tambahan yang lebih rendah di susu biasa. Namun, ini tidak berarti bahwa susu berperisa harus sepenuhnya dihindari. Susu berperisa bisa menjadi pilihan sesekali, terutama jika ini membantu seseorang untuk mengonsumsi lebih banyak susu secara umum. Yang penting adalah memperhatikan jumlah konsumsinya dan memastikan bahwa ini tidak berkontribusi pada asupan gula berlebihan dalam diet secara keseluruhan.
Susu biasa juga mengandung gula tapi gula alami yang dikenal sebagai laktosa. Laktosa adalah jenis gula yang secara alami terdapat dalam susu dan produk susu. Gula alami seperti laktosa berbeda dengan gula tambahan yang ditemukan dalam produk susu berperisa.
Dalam susu sapi biasa, kadar laktosa biasanya sekitar 5 persen dari total komposisi. Misalnya, dalam 100 mililiter susu, akan ada sekitar 5 gram laktosa. Laktosa dalam susu adalah sumber energi penting dan tidak dianggap berbahaya bagi kesehatan, kecuali bagi individu yang intoleran laktosa.
Laktosa memiliki indeks glikemik yang rendah, yakni sekitar 46. Ini lebih rendah dari kebanyakan karbohidrat lain karena proses pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa di usus kecil berlangsung dengan kecepatan yang lambat. Sementara itu, sukrosa yang merupakan gula tambahan memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan laktosa, biasanya sekitar 65. Ini karena sukrosa cepat dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang kemudian dengan cepat diserap ke dalam aliran darah.
Pada akhirnya, sebagai konsumen, selalu penting bagi kita untuk membaca label nutrisi dengan cermat. Dengan berbekal informasi dari label, kita bisa mempertimbangkan diet anak kita dalam konteks kebutuhan nutrisi mereka dan jumlah asupan gula yang direkomendasikan.[]
Sumber:
“Flavored Milk: Nutrition Facts and Health Benefits”. n.d. American Dairy Association North East. https://www.americandairy.com/health-wellness/benefits-of-dairy/flavored-milk/.
“Flavored Milk: Great Taste with Nutritional Benefits.” Arizona Milk Producers. September 13, 2019. https://arizonamilk.org/flavored-milk-great-taste-with-nutritional-benefits/.
“A Good Guide to Good Carbs: The Glycemic Index.” Harvard Health. April 14, 2023. https://www.health.harvard.edu/healthbeat/a-good-guide-to-good-carbs-the-glycemic-index#:~:text=Low%20glycemic%20index%20(GI%20of.
gula, pemanis buatan, minuman berpemanis, susu, susu berperisa