Skip to main content
  • Administrator

Paparan BPA Selama Kehamilan Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan pada Janin

Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang umum digunakan sebagai material pembuat plastik keras polikarbonat dan lapisan kaleng makanan dan minuman. Sebuah penelitian mengungkap bahwa bahan kimia ini dapat diturunkan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan.

Sebuah tim peneliti internasional meneliti efek paparan BPA terhadap kesehatan usus janin pada masa kehamilan. Sampel penelitian menggunakan kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA selama kehamilan bisa menyebabkan peradangan kronis pada usus dan hati janin, meningkatkan permeabilitas atau “kebocoran” usus, dan menurunkan keanekaragaman bakteri usus serta metabolit bakteri antiinflamasi. Perubahan-perubahan ini dianggap sebagai biomarker untuk penyakit kronis yang berhubungan dengan peradangan.

“Obesitas dan penyakit kronis yang dipicu oleh peradangan seperti kanker usus besar dan diabetes tipe 2 meningkat tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia,” kata Jairam Vanamala, salah satu peneliti yang juga profesor ilmu pangan. “Kita tahu bahwa banyak jenis kanker yang dipicu oleh peradangan, seperti kanker usus besar. Namun, kami sebelumnya belum memahami apa yang menyebabkan peradangan di usus dan hati. Kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa makanan adalah pedang bermata dua. Beberapa makanan dapat meningkatkan peradangan pada usus, sedangkan buah dan sayuran berwarna cerah, seperti kentang ungu, dapat menekan peradangan usus. Penelitian ini menunjukkan bahwa kita juga perlu memikirkan bahan kimia beracun yang ada di lingkungan.”

Janin dalam penelitian ini memang tidak terpapar BPA secara langsung. Sebaliknya, janin menerima paparan bahan kimia tersebut melalui plasenta dan air susu ibu mereka. Jenis paparan ini tetap dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada janin.

“Meskipun janin tidak terpapar BPA secara langsung, peradangan masih berlangsung selama berminggu-minggu,” kata Vanamala. “Apa yang kami lihat adalah jaringan usus dan hati rusak dan bahwa keragaman usus rendah, metabolit antiinflamasi pun rendah.”

Para peneliti menggunakan kelinci dalam penelitian ini karena masa kehamilannya lebih lama jika dibandingkan dengan hewan pengerat lain.

Otoritas pengawas makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), telah menetapkan batasan penggunaan BPA pada beberapa produk. Namun, paparan BPA secara luas tetap ada karena BPA ditemukan di banyak produk konsumen, seperti pada lapisan epoksi kaleng makanan dan minuman serta air minum dalam kemasan galon guna ulang. Meskipun Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) telah menyarankan asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) sebesar 50 mikrogram BPA per kilogram berat badan per hari, penelitian terbaru menunjukkan bahwa seseorang dapat terpapar setidaknya delapan kali lipat dari jumlah tersebut setiap harinya.

Dalam penelitian ini, induk kelinci dipaparkan sekitar 200 mikrogram BPA per kilogram berat badan per harinya, mulai dari hari ke-15 masa kehamilan hingga tujuh hari setelah kelahiran. Anaknya ternyata menyerap BPA melalui plasenta dan susu selama masa tersebut. Jaringan tubuh anak hewan tersebut diperiksa pada usia enam minggu, dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal mSystems, sebuah publikasi milik American Society for Microbiology.

Vanamala menyarankan penelitian berikutnya dapat mengeksplorasi hubungan antara penurunan keanekaragaman bakteri usus (yang disebabkan oleh paparan BPA) dengan alergi makanan. Ini dapat memberi wawasan lebih lanjut tentang potensi konsekuensi kesehatan dari paparan BPA pada masa sebelum kelahiran.

Penelitian ini melibatkan para peneliti dari berbagai institusi, termasuk Penn State University, Colorado State University, Max Planck Institute for Developmental Biology di Jerman, University of Colorado, dan University of California. Penelitian ini juga didukung oleh Department of Agriculture National Institute of Food and Agriculture, Kementerian Pertanian AS, dan Howard Hughes Medical Institute.

Temuan penelitian ini menekankan pentingnya memahami efek paparan BPA selama parinatal (periode pada waktu kelahiran – 5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya) terhadap kesehatan usus anak dan implikasinya terhadap kesehatan jangka panjang. Karena BPA terus hadir dalam banyak produk konsumen, sangat penting bagi otoritas pengawas makanan di mana pun untuk memantau tingkat BPA dalam produk konsumen dan membatasi paparan bahan kimia berbahaya ini.

Sementara itu, para ibu hamil harus berhati-hati terhadap paparan produk yang mengandung BPA selama masa kehamilan karena konsekuensinya terhadap kesehatan usus anak dan kesehatan mereka secara keseluruhan bisa sangat signifikan.[]

Sumber:

Reddivari, Lavanya, D. N. Rao Veeramachaneni, William A. Walters, Catherine Lozupone, Jennifer Palmer, M. K. Kurundu Hewage, Rohil Bhatnagar, Amnon Amir, Mary J. Kennett, Rob Knight, dan Jairam K. P. Vanamala. 10 Oktober 2017. “Perinatal Bisphenol A Exposure Induces Chronic Inflammation in Rabbit Offspring via Modulation of Gut Bacteria and Their Metabolites”. mSystems.

BPA, janin