Sains Buruk dalam Artikel Efek Negatif Mikroplastik
Seperti telah disampaikan dalam artikel sebelumnya, mikroplastik, sebagaimana juga sampah atau limbah lainnya, tidak semestinya berada di wilayah perairan. Namun, karena fakta menunjukkan mikroplastik memang mencemari lautan (meskipun dalam jumlah yang lebih kecil daripada yang diberitakan), mari kita lihat apa yang sains ketahui tentang potensi masalah mikroplastik. Apakah mikroplastik, sebagaimana diklaim beberapa artikel, memilik efek toksik yang berbahaya?
“Microbeads are leaching toxic chemicals into fish, sparking public health fears” adalah judul artikel The Sydney Morning Herald pada 16 Agustus 2016. Artikel yang ditulis oleh Esther Han itu mengacu kepada microbeads atau manik-manik plastik yang berasal dari produk perawatan pribadi.
Artikel itu menyatakan bahwa manik-manik plastik dapat mentransfer zat beracun ke ikan dan kemudian, berpotensi, ke manusia yang memakan ikan. Ada sejumlah artikel yang mengklaim hal serupa, biasanya dengan mendasarkannya pada paparan mikroplastik terhadap ikan dan tiram yang diteliti di dalam laboratorium. Implikasi paparan mikroplastik, menurut artikel-artikel itu, menakutkan.
Pakar lingkungan Chris DeArmitt, dalam bukunya The Plastics Paradox, berupaya menelusuri klaim-klaim dari artikel-artikel yang mengungkap keprihatinan serius terkait mikroplastik. Dia kemudian menemukan bahwa semua artikel itu menyalahi kaidah-kaidah dasar sains.
Apa saja itu?
Pertama, studi yang menjadi dasar artikel-artikel tersebut menggunakan mikroplastik yang jumlahnya 100 hingga 10 juta kali lebih banyak daripada mikroplastik yang sebenarnya ada di perairan. Dengan menggunakan konsentrasi yang tidak realistis, Anda akan mendapatkan hasil yang tidak realistis pula. Misalnya, jika Anda makan satu apel sehari, itu aman. Jika Anda makan satu juta apel per hari, itu jelas tidak aman.
Kedua, penelitian-penelitian itu menggunakan jenis plastik yang salah. Sebagian besar penelitian itu dilakukan terhadap jenis mikroplastik yang tidak ditemukan di lautan. Mereka meneliti jenis plastik polistierana (HIPS), padahal jenis mikroplastik di lautan didominasi oleh polietilena (PE) dan polipropilena (PP). Penelitian mereka seharusnya dilakukan terhadap PE dan PP.
Ketiga, penelitian-penelitian itu menggunakan ukuran partikel yang salah. Mereka menggunakan nanoplastik alih-alih mikroplastik. Nanoplastik memiliki lebih area permukaan daripada mikroplastik yang ditemukan di lautan.
Keempat, mereka tidak melakukan yang disebut “eksperimen kontrol”. Eksperimen yang tepat harus mencakup pengendalian. Misalnya, separuh ikan harus diberi makan mikroplastik dan separuh lainnya harus diberi makan jenis partikel lain, misalnya tanah atau pasir. Ini akan memberitahu kita apakah mikroplastik berbahaya jika dibandingkan dengan partikel lain yang biasanya terpapar pada ikan. Sayangnya, kontrol ini tidak dilakukan.
Kelima, mereka merancang percobaan untuk menunjukkan efek beracun yang sebenarnya tidak ada. Dalam sebagian penelitian, mereka merendam mikroplastik dalam bahan kimia beracun dan kemudian memaparkan ikan ke mikroplastik yang sudah mengandung racun. Mereka menyimpulkan bahwa mikroplastik melepaskan racun dan meracuni ikan. Ini metode yang tidak realistis dan jelas menipu.
Keenam, mereka membuat ikan kelaparan. Beberapa penelitian mengganti 10 persen makanan ikan dengan mikroplastik dan kemudian melaporkan efek kesehatan yang ringan. Pertama, mikroplastik yang digunakan terlalu banyak. Lalu, kita juga tahu bahwa mengurangi kalori yang diterima hewan dapat berpengaruh pada kesehatannya.
Ketujuh, mereka memalsukan hasil penelitian. Satu artikel ilmiah telah dilaporkan memalsukan hasil penelitian mereka. Investigasi pun dilakukan dan dibuktikan bersalah, sehingga artikel itu ditarik dari penerbitan. Ini kasus yang sangat jarang dalam sains, dan juga menunjukkan bahwa sejumlah pihak akan melakukan apa pun untuk membuat mikroplastik tampak buruk.
Artikel yang dimaksud adalah “Environmentally relevant concentrations of microplastic particles influence larval fish ecology”. Artikel ini ditulis oleh O. M. Lönnstedt dan P. Eklöv dari Uppsala University, Swedia, dan diterbitkan oleh Jurnal Science pada Juni 2016.
“Kami ingin melaporkan kecurigaan kuat atas perilaku tak layak dalam sebuah studi oleh para peneliti di Uppsala University, diterbitkan dalam jurnal Science pada 3 Juni 2016.” Demikian laporan yang disampaikan sekelompok saintis kepada pihak universitas. Meskipun awalnya Uppsala University mencoba membela para peneliti mereka, jurnal Science akhirnya menarik artikel tersebut pada Mei 2017.
Bukan hanya DeArmitt yang berpendapat bahwa artikel-artikel itu dikerjakan dengan buruk. Lenz dan Nielsen dalam artikelnya, Microplastic exposure studies should be environmentally realistic, juga menemukan hal serupa pada sepuluh penelitian yang mereka amati dan telusuri. Mereka melihat bahwa konsentrasi mikroplastik yang digunakan saat meneliti kemungkinan efek toksik dilakukan dengan menggunakan jumlah mikroplastik yang 100 hingga 10 juta kali lebih banyak daripada yang sebenarnya ditemukan di lautan.
Menurut DeArmitt, hampir tidak mungkin untuk mengetahui mengapa penelitian itu dilakukan dengan sangat buruk. Namun, memang akan lebih mudah untuk mendapatkan dana penelitian saat hasilnya dramatis meskipun tidak realistis.
Lalu, ada L Baumann dan kawan-kawan yang menilai sebuah artikel ilmiah tentang paparan mikroplastik terhadap ikan zebra dalam artikelnya “Comment on Uptake and Accumulation of Polystyrene Microplastics in Zebrafish and Toxic Effects in Liver”. Di sana, L Baumann dan kawan-kawan memberi komentar sebagai berikut:
“Sayangnya, data histopatologi yang tidak akurat dan disajikan dengan buruk adalah tema berulang dalam publikasi ekotoksikologi. Kekurangan seperti itu sangat mengerikan dalam kasus ini, karena kesimpulan penelitian sangat bergantung pada hasil histopatologi yang sekarang akan bertahan dalam literatur dan berpotensi menelurkan penelitian sesat lebih lanjut.”
Para peneliti di atas menunjukkan bahwa penelitian terhadap toksisitas mikroplastik tidak profesional dan menyesatkan. Ini jarang terjadi dalam sains dimana pekerjaan satu kelompok ilmuwan sangat buruk hingga ilmuwan lain merasa harus mengoreksinya.
Seberapa aman PE dan PP?
Seperti yang kita sudah ketahui, mikroplastik yang banyak ditemukan di perairan adalah jenis PE dan PP. Sebenarnya fakta ini sudah jelas bagi kebanyakan orang karena kita menyimpan makanan dalam kantong polietilena dan kotak polipropilena (Tupperware, misalnya).
Jenis plastik yang digunakan untuk makanan adalah plastik yang telah dinyatakan aman untuk kontak makanan dan telah diuji dengan sangat teliti untuk memastikan bahwa tidak ada bahan aditif berbahaya. Pada kenyataannya, jenis plastik-plastik itu memang mengandung tingkat bahan aditif yang sangat rendah, biasanya jauh di bawah 0,1% dari total berat.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini, hampir tidak ada aditif dalam formula pembentukan PE dan PP, dan semuanya disetujui oleh FDA (BPOM di Amerika Serikat) untuk kontak makanan. Jadi, kita bisa yakin bahwa jenis plastik ini memiliki catatan keamanan yang sangat baik.

Bagaimana dengan plastik lain?
Polistirena juga pernah diuji untuk melihat apakah ada zat beracun yang larut ke dalam makanan, dan apakah zat yang larut itu beracun. Rangkaian percobaan pertama menunjukkan tidak ada senyawa yang terdeteksi.
Para peneliti lalu mengulangi percobaan dengan instrumen yang lebih sensitif. Mereka akhirnya mendeteksi etil benzena ketika menguji polistirena dalam kondisi ekstrem dan tidak realistis (di bawah pemanasan hingga 95 derajat celcius dalam waktu hingga 30 menit). Mereka juga hanya menemukan konsentrasi yang 100 kali lebih rendah daripada batas keamanan WHO.
Mereka pun menyimpulkan: “Terkait dengan kesehatan manusia, hasil dari percobaan kami tidak menunjukkan bahwa polistirena tidak aman bagi manusia.” (C. Thaysen et al. “Leachate From Expanded Polystyrene Cups Is Toxic to Aquatic Invertebrates (Ceriodaphnia dubia). Front. Mar. Sci. 2018)
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa peluruhan stirena dari polistirena sangat rendah. Kalaupun ada peluruhan, itu terjadi dalam kondisi yang tidak realistis (M. S. Tawfik, A. Huyghebaert. “Polystyrene cups and containers: Styrene migration, Food Additives and Contaminants”. 1998.)
Sebuah studi lain menemukan bahwa sementara PE, PP, dan PET hanya mengandung tingkat toksisitas yang sangat rendah, dua termoplastik signifikan yang dapat meluruhkan aditif dalam jumlah yang lebih besar adalah poliuretana dan PVC. (L. Zimmermann et al. “Benchmarking the in Vitro Toxicity and Chemical Composition of Plastic Consumer Products”. Environ. Sci. Technol. 2019). Berbicara tentang PVC, setelah selama beberapa dekade diteliti, akhirnya beberapa jenisnya dilarang. Penstabil timbal yang dulu populer di PVC sejak itu juga telah diganti oleh alternatif yang aman.
Semua perubahan tersebut tidak terlihat oleh publik, tetapi industri plastik terus menguji dan mengembangkan produk yang lebih baik dan lebih aman. Beberapa perusahaan terus berupaya memastikan bahwa semua aditif di dalam produk plastik mereka telah disetujui untuk kontak makanan oleh badan berwenang. Ini termasuk botol sampo dan barang-barang lainnya, yang bahkan tidak pernah benar-benar bersentuhan dengan makanan.[]
Daftar Bacaan
DeArmitt, Chris. 2020. The Plastics Paradox: Facts for a Brighter Future. Ohio: Phantom Plastics LLC.
Lenz, R., Enders, K., & Nielsen, T. G. 2016. “Microplastic exposure studies should be environmentally realistic”. Proceedings of the National Academy of Sciences, 113(29), E4121 - E4122.
L. Baumann et al. 2016. “Comment on Uptake and Accumulation of Polystyrene Microplastics in Zebrafish (Danio rerio) and Toxic Effects in Liver”. Environ. Sci. Technol., 50, 22, 12521-12522.
C. Thaysen et al. 2018. “Leachate From Expanded Polystyrene Cups Is Toxic to Aquatic Invertebrates (Ceriodaphnia dubia). Front. Mar. Sci, 5:71.
M. S. Tawfik, A. Huyghebaert. 1998. “Polystyrene cups and containers: Styrene migration, Food Additives & Contaminants. Part A, 15: 5, 592-599.
L. Zimmermann et al. 2019. “Benchmarking the in Vitro Toxicity and Chemical Composition of Plastic Consumer Products. Environ. Sci. Technol., 53, 19, 11467-11477.