Skip to main content
  • Administrator

Kebijakan Larangan Kantong Plastik Justru Tingkatkan Konsumsi Plastik

Penelitian terbaru dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, menunjukkan kebijakan pelarangan kantong plastik sekali pakai ternyata dapat mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Penelitian oleh Yu-Kai Huang dan Richard T. Woodward yang berjudul “Spillover Effects of Grocery Bag Legislation: Evidence of Bag Bans and Bag Fees” itu terbit di jurnal Environmental and Resource Economics pada 27 Januari 2022.

Huang dan Woodward menemukan bahwa kantong plastik sekali pakai sebenarnya tidak benar-benar dipakai sekali. Meskipun biasanya tidak menggunakannya kembali saat berbelanja, konsumen menggunakannya kembali untuk hal-hal lain, seperti untuk menjadi pelapis keranjang sampah di rumah.

Nah, di tengah masyarakat tempat kantong plastik dilarang, sehingga banyak konsumen tidak bisa mendapatkan kantong plastik di toko kelontong, mereka mencari alternatifnya. Seringkali, itu berarti mereka membeli kantong sampah plastik kecil, yang malah meningkatkan populasi kantong plastik di tempat pembuangan sampah dan lingkungan.

“Kami tahu ada permintaan untuk kantong plastik, dan kami juga tahu, jika kebijakan ini diberlakukan, beberapa kantong plastik akan hilang (dari pasaran) atau menjadi lebih mahal untuk didapatkan,” kata Huang, seorang peneliti posdoktoral di Fakultas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Universitas Georgia, sebagaimana dirilis dalam berita di situs web universitas tersebut. “Jadi, kami ingin melihat seberapa efektif kebijakan ini (larangan penggunaan kantong plastik—red) dalam mengurangi penggunaan kantong plastik secara keseluruhan.”

Huang dan Woodward mengukur penjualan kantong sampah plastik di wilayah yang menerapkan larangan atau pajak atas kantong plastik, lalu membandingkannya dengan penjualan kantong sampah plastik di wilayah yang tidak. Temuan mereka sangat mengejutkan. Di California yang menerapkan larangan kantong plastik, penjualan kantong sampah plastik kecil meningkat 55 persen hingga 75 persen, sementara penjualan kantong sampah plastik sedang meningkat 87 persen hingga 110 persen, dan penjualan kantong sampah plastik berukuran besar relatif tidak berubah.

Peningkatan penjualan diukur dalam dolar dan juga dalam pound. Misalnya, penjualan tambahan kantong sampah berukuran 4 galon (ukuran kecil) menyebabkan konsumsi plastik meningkat sebesar 30 hingga 135 pound per toko per bulan, menurut temuan Huang dan Woodward. Ekstra penjualan kantong sampah 8 galon (ukuran sedang) juga menyebabkan konsumsi plastik meningkat antara 37 dan 224 pound per toko per bulan.

Mengurangi permintaan dan produksi plastik adalah cara untuk mengatasi masalah polusi plastik. Pelarangan kantong plastik dapat menjadi salah satu bagian dari solusi yang lebih besar.

Ini karena kantong plastik menjadi momok bagi lingkungan. Di Amerika Serikat, sedikitnya 100 miliar kantong plastik digunakan setiap tahunnya. Di Indonesia, rata-rata 182,7 miliar kantong plastik digunakan setiap tahunnya, dan yang menjadi sampah mencapai 1,2 juta ton per tahunnya.

Kantong plastik disebut membutuhkan 1.000 tahun untuk terurai di tempat-tempat pembuangan sampah. Sudah begitu, kantong-kantong plastik itu tidak sepenuhnya terurai. Mereka hanya menjadi mikroplastik yang menyerap racun dan terus mencemari lingkungan.

Untuk alasan tersebut, komunitas yang sadar lingkungan di seluruh dunia telah meminta restoran dan toko-toko pengecer tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai. Bisnis dan konsumen juga didorong untuk menggunakan kantong kertas yang dapat didaur ulang atau kantong kain yang dapat digunakan kembali.

Namun, penelitian Huang dan Woodward di atas menunjukkan bagaimana kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik yang bermaksud baik bisa memiliki kelemahan yang tidak terduga. Huang mengatakan, memang tidak ada jaminan bahwa kantong plastik belanjaan gratis yang disediakan toko akan digunakan kembali oleh konsumen, entah untuk belanja kembali atau keperluan lainya. Padahal, menurutnya, ini adalah kunci untuk menentukan efektivitas dari kebijakan yang terkait dengan pengendalian kantong plastik.

Sebuah penelitian lain sebelumnya, pada 2017, oleh Recyc-Québec, sebuah organisasi lingkungan yang berbasis di Montreal, Kanada, juga pernah menunjukkan bahwa kebijakan pelarangan kantong plastik bisa problematik. Bukan hanya karena kantong plastik dapat digunakan kembali sebagai pelapis keranjang sampah, tetapi juga karena produksi kantong plastik sekali pakai lebih hemat energi dan material.

Sumber:

Huang, Yu-Kai, and Richard T. Woodward. “Spillover Effects of Grocery Bag Legislation: Evidence of Bag Bans and Bag Fees”. Environmental and Resource Economics, vol. 81, no. 4, 2022, pp. 711-741., doi:10.1007/s10640-022-00646-5.

“Environmental and Economic Highlights of the Results of the Life Cycle Assessment of Shopping Bags”. Recyc-Québec, 2017.

kantong plastik, kebijakan, konsumsi