Laporan Sungai Watch: Danone Pimpin Daftar Penghasil Sampah Plastik Terbesar 2022
Danone kembali mempertahankan peringkat pertamanya dalam daftar 10 perusahaan penghasil sampah plastik terbesar pada 2022. Hal itu diungkap dalam Impact Report 2022 yang dibuat oleh Sungai Watch, organisasi lingkungan yang berfokus pada upaya pencegahan sampah plastik ke lautan.
Menurut Sungai Watch, ini kali ketiga berturut-turut, korporasi multinasional asal Perancis itu menjadi penghasil sampah plastik terbanyak dalam laporan tahunan mereka.
Menurut laporan tersebut, Danone menyumbang 10 persen dari total 235.218 item sampah yang diaudit oleh Sungai Watch. Kesembilan perusahaan lain yang menempati daftar 10 besar setelah Danone adalah: Orang Tua (7 persen), Wings (7 persen), Unilever (4 persen), Mayora (4 persen), Indofood (4 persen), Budi Djaya (3 persen), Garuda Food (2 persen), PT Santos Abadi Jaya (2 persen), dan Ultrajaya (1 persen).
Kesepuluh perusahaan tersebut menyumbang 45 persen dari total item sampah yang diaudit. Sementara, dari total 235.218 item sampah yang diaudit, 26 persennya atau 56 .649 item tidak bisa diidentifikasi.
Dari item sampah yang diaudit, sampah gelas plastik air minum Aqua adalah yang terbesar disumbang Danone, yakni 63 persen. Sisanya adalah botol plastik PET air minum Aqua (27 persen), botol plastik PET air minum VIT (5 persen), tutup galon air minum Aqua (3 persen), dan botol minuman istonik Mizone (1 persen).
Data tersebut menarik untuk diperhatikan. Ini karena PT Aqua Golden Mississippi, anak perusahaan Danone di Indonesia, menentang keras penggunaan plastik PET sebagai bahan kemasan galon air minum karena plastik PET dianggapnya akan menambah timbulan sampah. Tapi, pada kenyataannya, gelas plastik dan botol plastik air minum ukuran kecil dan sedanglah yang justru banyak ditemukan menjadi timbulan sampah oleh Sungai Watch. Tutup galon air minum Aqua (terbuat dari bahan kemasan plastik polikarbonat yang mengandung Bisfenol-A) juga bahkan ditemukan sebagai salah satu item sampah plastik di sungai-sungai yang dibersihkan oleh Sungai Watch.
Pada 2022, Sungai Watch berhasil mengangkat atau membersihkan 535.246 kilogram limbah atau sampah non-organik dari sungai-sungai di Bali dan Banyuwangi, Jawa Timur. Item sampah yang paling banyak ditemukan adalah “sampah residu” sebanyak 29 persen. Ini kategori item sampah yang telah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi, termasuk tidak bisa didaur ulang, karena telah berada di lingkungan selama bertahun-tahun. Sampah dengan kategori ini termasuk di antaranya plastik yang terbakar, popok, sampah sanitasi, kabel, masker, spanduk yang terbuat dari polimer, lalu ada plastik PET atau HDPE yang sangat kotor dan rusak.
Sisa item sampah terbanyak setelah “sampah residu” secara berturut-turut adalah tas plastik berwarna (21 persen), film transparan (12 persen), kaca (7 persen), saset (6 persen), botol plastik PET (4 persen), sandal plastik (4 persen), kain (3 persen), dan gelas plastik (3 persen). Dari sekian item ini, menurut Sungai Watch, botol PET adalah item sampah yang paling bernilai untuk didaur ulang. Sebaliknya, tas plastik berwarna sudah tidak memiliki nilai untuk didaur ulang, sementara kaca, meski bisa didaur ulang, tidak bisa didaur ulang di Indonesia karena tidak ada industri daur ulang kaca di negeri ini.
Sungai Watch mengatakan, pihaknya berupaya mengaudit dan mengidentifikasi sumber dari polusi sampah plastik untuk mendorong percakapan yang bermakna dan memicu dampak jangka panjang dengan pemerintah dan korporasi-korporasi yang paling bertanggung jawab terhadap polusi sampah plastik di Indonesia. Mereka berhasil menjaring 1,5 ton sampah per harinya dari sungai-sungai yang mereka pasangi barrier. Total mereka telah memasang 180 barrier di sungai-sungai di Bali dan Banyuwangi, dan berencana memasang 1.000 barrier di sungai-sungai lain di Indonesia.
Mereka membersihkan 180 barrier tersebut selama enam hari dalam satu pelan. Lalu mereka juga melakukan pembersihan mingguan dengan melibatkan sukarelawan di titik-titik paling terdampak.
Sampah-sampah itu kemudian dibagi atau disorting ke dalam 30 kategori sampah yang berbeda. Lalu mereka melakukan audit. Sebelum melakukan daur ulang sampah-sampah yang telah disortir, mereka mengumpulkan sebanyak mungkin data tentang sampah yang dikumpulkan. Mereka menganalisis dan mendatanya untuk memicu percakapan tentang sampah plastik dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti korporasi yang memproduksi sampah-sampah itu dan pemerintah.
Begitu disortir, dicuci, dan didata, sebagian sampah itu didaur ulang. Sebagian besarnya dilakukan di lima fasilitas daur ulang yang mereka kelola sendiri. Pada 2022, mereka berhasil mendaur ulang 51 persen sampah yang dijaring dan diangkat dari sungai.[]
aqua, sampah plastik, danone, timbunan sampah, pengelolaan sampah, Sungai Watch