Sebuah tinjauan komprehensif yang baru-baru ini diterbitkan dalam The BMJ (dahulu bernama The British Medical Journal) menekankan pentingnya mengurangi konsumsi gula dalam diet harian. Para peneliti di balik tinjauan tersebut menganjurkan pengurangan asupan gula “bebas” – gula yang ditambahkan ke dalam minuman – menjadi sekitar 6 sendok teh per hari. Bersamaan dengan itu, mereka menekankan perlunya membatasi konsumsi minuman berpemannis hingga kurang dari satu porsi per minggu, sekaligus menggarisbawahi peran minuman berpemanis dalam memperburuk risiko asupan gula yang berlebihan.

Temuan dari tinjauan ini menunjukkan bukti yang kuat tentang implikasi kesehatan yang sangat merugikan terkait dengan konsumsi gula yang tinggi. Para peneliti mengidentifikasi hubungan yang merugikan antara asupan gula dengan 45 dampak kesehatan yang bervariasi. Beberapa kondisi kesehatan yang terkait erat dengan konsumsi gula berlebihan termasuk di antaranya asma, diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan depresi. Pada kasus yang lebih parah, asupan gula yang tinggi dikaitkan dengan beberapa jenis kanker dan bahkan bisa meningkatkan risiko kematian. Temuan-temuan ini sangat memperkuat pentingnya mengendalikan konsumsi gula.

Implikasi kesehatan dari asupan gula yang berlebihan telah diakui secara luas. Organisasi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah menganjurkan untuk mengurangi konsumsi gula “bebas” atau gula tambahan hingga kurang dari 10% dari total asupan energi harian.

Namun, sebelum kebijakan pembatasan gula secara rinci dapat dirumuskan, ada kebutuhan untuk mengevaluasi secara menyeluruh kualitas bukti yang ada tentang dampak konsumsi gula terhadap kesehatan. Untuk hal ini, para peneliti dari Cina dan Amerika Serikat mengerjakan sebuah proyek ambisius: tinjauan menyeluruh untuk menilai kualitas bukti, potensi bias, dan validitas dari semua penelitian tentang konsumsi gula dan dampak kesehatan terkait.

Tinjauan umum berfungsi untuk mensintesis metaanalisis sebelumnya dan memberi ringkasan berkualitas tinggi terhadap penelitian tentang topik tertentu. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk melakukan pemeriksaan komprehensif dan ketat terhadap sejumlah besar penelitian tentang konsumsi gula dan dampak kesehatan.

Tinjauan ini mencakup sejumlah besar penelitian, yang terdiri dari 73 metaanalisis (termasuk 67 penelitian observasional dan 6 uji coba terkontrol secara acak) yang diambil dari 8.601 artikel. Penelitian-penelitian ini mencakup 83 dampak kesehatan yang berbeda pada orang dewasa dan anak-anak.

Untuk menarik kesimpulan yang berarti, para peneliti menilai kualitas metodologis dari artikel yang disertakan, menilai bukti untuk setiap hasil sebagai “kualitas tinggi”, “sedang”, “rendah”, atau “sangat rendah”. Penilaian kritis terhadap penelitian yang ada ini tidak hanya membantu dalam memahami efek gula, tetapi juga membuka jalan bagi pedoman dan kebijakan diet berbasis bukti yang terinformasi dengan baik.

Temuan penelitian ini menunjukkan hubungan signifikan antara asupan gula dalam makanan dengan berbagai dampak kesehatan. Hasil ini mencakup berbagai kategori medis, termasuk 18 kondisi endokrin atau metabolisme seperti diabetes, asam urat, dan obesitas; 10 masalah kardiovaskular termasuk tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke; tujuh jenis kanker seperti kanker payudara, prostat, dan pankreas; serta 10 masalah kesehatan lainnya seperti asma, kerusakan gigi, depresi, dan kematian.

Bukti berkualitas “sedang” dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan adanya korelasi signifikan antara konsumsi minuman berpemanis dengan peningkatan berat badan. Demikian pula, ada kaitan antara konsumsi gula “bebas” atau bukan dengan peningkatan akumulasi lemak di hati dan otot.

Bukti berkualitas “rendah” menunjukkan setiap kenaikan satu porsi per pekan dari konsumsi minuman berpemanis menyebabkan risiko gout (sakit parah, bengkak, dan kemerahan pada sendi) 4% lebih tinggi. Selain itu, setiap peningkatan 250 mL/hari dari konsumsi minuman berpemanis berkaitan dengan risiko 17% dan 4% lebih tinggi untuk penyakit jantung koroner dan kematian. Studi ini juga menunjukkan bahwa tambahan 25 g/hari asupan fruktosa dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker pankreas sebesar 22%, meskipun bukti ini masih berkualitas “rendah”.

Para peneliti tidak menemukan bukti kuat yang menunjukkan hubungan yang menguntungkan antara konsumsi gula makanan dan hasil kesehatan, kecuali dalam kasus tumor otak glioma, kolesterol total, diabetes tipe 2, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Namun, hubungan yang menguntungkan ini tidak didukung oleh bukti yang kuat, sehingga mendorong para peneliti untuk menyarankan agar berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil penelitian ini. Selain itu, mereka mencatat bahwa sebagian besar bukti yang ada sebagian besar bersifat observasional dan berkualitas rendah. Mereka menyoroti bahwa bukti untuk hubungan antara konsumsi gula makanan dan kanker masih terbatas, sehingga menggarisbawahi perlunya investigasi lebih lanjut di bidang ini.

Terlepas dari kualitas bukti “sedang” dan “rendah”, tim peneliti, sesuai dengan pedoman yang diajukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, World Cancer Research Fund, dan American Institute for Cancer Research, merekomendasikan pengurangan gula “bebas” atau gula tambahan hingga di bawah 25 g/hari (sekitar 8 sendok teh per hari). Mereka juga menganjurkan untuk membatasi konsumsi minuman berpemanis hingga kurang dari satu porsi dalam seminggu (sekitar 200-355 mL/minggu). Para peneliti menekankan bahwa untuk mewujudkan perubahan pola konsumsi gula, terutama di kalangan anak-anak dan remaja, diperlukan kombinasi yang komprehensif antara pendidikan kesehatan masyarakat dan inisiatif kebijakan di seluruh dunia.[]


Sumber:

Yin Huang, Zeyu Chen, Bo Chen, Jinze Li, Xiang Yuan, Jin Li, Wen Wang, Tingting Dai, Hongying Chen, Yan Wang, Ruyi Wang, Puze Wang, Jianbing Guo, Qiang Dong, Chengfei Liu, Qiang Wei, Dehong Cao dan Liangren Liu. “Dietary sugar consumption and health: Umbrella review”. 5 April 2023. The BMJ.