Problem Industri AMDK (1): Kualitas Air
Air minum dalam kemasan (AMDK) seringkali dipasarkan dan dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat daripada air keran. Perspektif ini terutama disebabkan oleh upaya pemasaran yang masif dari industri AMDK, yang telah berhasil mengubah persepsi publik. Pemasaran yang masif itu menggambarkan air minum dalam kemasan sebagai pilihan yang lebih unggul dan lebih bersih daripada air keran. Terlepas dari popularitas dan penerimaan yang luas terhadap narasi ini, sangat penting untuk memahami realitas yang mendasari kualitas air dalam AMDK.
Menariknya, di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi, kualitas air keran umum umumnya tinggi, sehingga aman untuk diminum dengan atau tanpa penyaringan. Hal ini sebagian besar karena penyediaan air keran tunduk kepada peraturan yang ketat. Air keran menjalani pengujian rutin untuk memastikan bahwa air tersebut memenuhi standar keamanan dan kualitas. Transparansi juga dipromosikan dengan mengungkap parameter kualitas air kepada publik, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang tepat tentang konsumsi air mereka.
Kondisi tersebut sayangnya tidak terjadi di negara-negara berkembang. Kualitas air keran di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih dianggap belum cukup aman untuk dikonsumsi tanpa proses pemasakan terlebih dahulu. Ini antara lain karena pencemaran sumber air dan pipa penyaluran yang sudah tua.
Di sisi lain air minum dalam kemasan, baik itu di negara-negara maju maupun berkembang, tidak menjalani tingkat regulasi dan pengujian yang ketat. Air minum dalam kemasan lebih jarang diuji, dan seringkali hanya untuk beberapa parameter saja, yang mungkin tidak memberi pemahaman yang komprehensif tentang kualitasnya.
Selain itu, standar tinggi yang dipertahankan untuk kualitas air keran di negara maju jarang diberlakukan terhadap air kemasan. Dalam beberapa kasus di mana pengujian semacam itu dilakukan untuk air minum dalam kemasan, hasilnya juga jarang disampaikan ke publik secara transparan.
Oleh karena itu, persepsi umum bahwa air minum dalam kemasan lebih sehat, pada kenyataannya, lebih didasarkan pada narasi pemasaran daripada standar peraturan dan transparansi.
Banyak faktor yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas air minum dalam kemasan. Salah satu yang paling penting adalah asal air, yang secara langsung berdampak pada komposisi mineralnya. Hal ini menghasilkan variasi yang nyata, tidak hanya di antara merek yang berbeda tetapi juga di dalam merek yang sama di berbagai negara. Selain itu, variasi dapat diamati bahkan di antara botol-botol yang berbeda dari batch yang sama. Ketidakkonsistenan dalam komposisi mineral air minum dalam kemasan ini menunjukkan kurangnya keseragaman dan menimbulkan pertanyaan tentang superioritas air minum dalam kemasan jika dibandingkan dengan air keran.
Terlepas dari asal air, beberapa elemen lain dapat mempengaruhi kualitas air kemasan. Ini termasuk proses pengolahan seperti klorinasi, desinfeksi ultraviolet, ozonisasi, dan reverse osmosis. Kondisi penyimpanan, termasuk durasi, paparan cahaya, dan suhu, serta jenis bahan kemasan yang digunakan (plastik atau kaca), juga berpotensi mempengaruhi kualitas air kemasan. Karena faktor-faktor ini, air minum dalam kemasan dapat terkontaminasi. Kontaminasi ini dapat bersifat anorganik, seperti logam berat dan kekeruhan, organik, termasuk benzena, pestisida, bisfenol-A, dan mikroplastik, atau bahkan mikrobiologis, dengan adanya bakteri patogen, virus, jamur, dan protozoa parasit.
Klaim yang menyatakan bahwa air minum dalam kemasan secara kategoris lebih aman dan lebih sehat daripada air keran memerlukan pemeriksaan yang lebih ketat, mengingat bukti nyata yang tersedia, baik yang mendukung atau membantah klaim ini, tersebar di berbagai sumber. United Nations University, Institute for Water, Environment and Health telah mengumpulkan bukti-bukti tersebut dari jurnal akademis yang telah ditinjau oleh rekan sejawat di beberapa basis data, dan dengan cermat mempertimbangkan semua aspek potensial dari kualitas air minum dalam kemasan, termasuk kontaminan organik, anorganik, dan mikrobiologis. Penelitian mereka menunjukkan bahwa persepsi umum mengenai air minum dalam kemasan sebagai sumber air minum yang murni dan aman ternyata tidak sepenuhnya benar. Hal ini menjelaskan, bahwa meskipun kontaminasi mungkin terjadi sesekali, seperti halnya terjadi terhadap air keran, tidak dapat dipungkiri bahwa air minum dalam kemasan tidak kebal terhadap semua jenis kontaminan yang mungkin terjadi.
Sejalan dengan laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tinjauan United Nations University, Institute for Water, Environment and Health menyatakan bahwa kualitas air minum dalam kemasan, terlepas dari sumbernya, rentan terhadap kontaminasi dan tingkat risikonya sangat bervariasi, tergantung pada sumbernya. Secara khusus, tinjauan tersebut menggarisbawahi bahwa tidak ada dasar yang dapat dipercaya untuk membuat dikotomi antara air minum dalam kemasan dan sumber pasokan air minum umum dalam hal kualitas. Hal ini menjadi semakin penting karena pasar air minum dalam kemasan terus berkembang, sehingga menekankan kebutuhan penting untuk memperkuat peraturan perundang-undangan dalam mengelola proses dan standar kualitas industri secara lebih ketat.[]
Sumber:
Bouhlel, Z., Köpke, J., Mina, M., and Smakhtin, V., 2023. Global Bottled Water Industry: A Review of Impacts and Trends. United Nations, University Institute for Water, Environment and Health. Hamilton: Canada.