Skip to main content
  • Administrator

Riset: Lautan Melepas Mikroplastik ke Atmosfer

Partikel mikroplastik bisa ditemukan di atmosfer lautan, bahkan di daerah yang paling terpencil di bumi ini. Partikel-partikel kecil ini berasal dari daratan tetapi juga menemukan jalannya ke atmosfer lautan karena dilepaskan kembali dari lautan.

Siklus tersebut ditemukan dalam sebuah proyek penelitian yang dipimpin oleh Dr. Barbara Scholz-Böttcher dari Universitas Oldenburg, Jerman. Ia bekerja sama dengan para peneliti dari Jerman dan Norwegia. Dengan meneliti sampel udara dari berbagai lokasi di sepanjang pantai Norwegia, yang membentang hingga ke Kutub Utara, penemuan tim tersebut baru-baru ini didokumentasikan dalam jurnal ilmiah Nature Communications pada 22 Juni 2023.

Isabel Goßmann, seorang mahasiswa doktoral di Institut Kimia dan Biologi Lingkungan Laut (ICBM), Universitas Oldenburg, dan penulis utama makalah penelitian tersebut, menyatakan, “Penelitian kami menawarkan wawasan perdana tentang berat berbagai jenis plastik di atmosfer laut.” Selama ekspedisi pada 2021 di atas Kapal Riset Heincke, tim peneliti mengumpulkan sampel-sampel penting ini.

Bear Island, pulau paling selatan di Kepulauan Svalbard dan terletak di tengah-tengah antara daratan dan Spitsbergen, pulau terbesar di kepulauan itu, adalah pulau terjauh di utara yang mereka kunjungi. Untuk mendapatkan sampel udara, tim menggunakan dua instrumen berbeda yang secara aktif menyedot udara. Kedua instrumen ini ditempatkan di haluan kapal, dengan ketinggian dua belas meter.

Identifikasi Berbagai Jenis Plastik

Sampel udara diteliti menggunakan pirolisis-kromatografi gas-spektrometri massa, sebuah teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan dan mengukur berbagai jenis plastik di atmosfer melalui pemecahan termal dan analisis yang ditargetkan. Mereka selanjutnya melakukan pemodelan matematika untuk melacak asal-usul dan rute perjalanan partikel-partikel yang sangat kecil ini, yang masing-masing hanya berukuran sepersekian milimeter.

Penyelidikan ini mengungkap keberadaan fragmen poliester. Partikel polietilena tereftalat, yang kemungkinan besar berasal dari serat tekstil, ditemukan di semua sampel yang diperiksa. Jenis plastik lainnya, seperti polipropilena polikarbonat dan polistiren, juga diidentifikasi.

Sumber mikroplastik lain yang signifikan ternyata adalah partikel keausan ban – partikel-partikel kecil yang terlepas dari ban saat bergerak, terutama saat pengereman. Konsentrasi mikroplastik di udara laut ini tercatat mencapai 37,5 nanogram (dengan satu nanogram setara sepersemiliar gram) per meter kubik udara.

“Kontaminan ini ditemukan di mana-mana, bahkan di daerah kutub yang paling terisolasi,” tegas Goßmann.

Sebelumnya, pemahaman tentang tingkat polusi mikroplastik – termasuk yang berasal dari keausan ban – di atmosfer laut masih jarang. “Hanya ada beberapa penelitian mengenai konsentrasi kontaminan ini di udara,” jelas ketua tim, Scholz-Böttcher. “Model matematika kami menunjukkan bahwa mikroplastik di atmosfer laut berasal dari sumber darat dan laut,” jelasnya. Tim berteori bahwa fragmen-fragmen plastik yang tertinggal di dekat permukaan laut, memasuki atmosfer melalui semprotan laut atau gelembung udara yang pecah, terutama saat kondisi cuaca bergejolak.

Kapal sebagai Sumber Mikroplastik

Sungai ternyata bukanlah satu-satunya jalur masuk mikroplastik ke laut. Lalu lintas kapal juga berkontribusi. Sebuah penelitian sebelumnya yang dipimpin oleh Scholz-Böttcher mengungkap bahwa di Laut Utara yang terbuka, cat dan pelapis kapal merupakan sumber mikroplastik utama. Dalam penelitian terbaru, sampel udara juga mengandung bahan kimia seperti poliuretan dan resin epoksi, yang umumnya ditemukan dalam cat dan pelapis kapal.[]


Sumber:

Isabel Goßmann, Dorte Herzke, Andreas Held, Janina Schulz, Vladimir Nikiforov, Christoph Georgi, Nikolaos Evangeliou, Sabine Eckhardt, Gunnar Gerdts, Oliver Wurl, dan Barbara M. Scholz-Böttcher. 22 Juni 2023. “Occurrence and backtracking of microplastic mass loads including tire wear particles in northern Atlantic air”. Nature Communications.

sampah plastik, microplastik, lautan, sungai